💚 2. ∅ Pesan ini telah dihapus
Ada banyak hal yang aku sukai, diantaranya adalah makanan dan musik. Aku suka makan, terutama kalau aku sedang dalam masa stress. Aku senang mendengarkan musik, karena itu bisa memperbaiki mood ku yang sempat rusak.
"Enakkan brownies cokelat atau pai tiramisu?" Aku menimbang-nimbang, mencoba membuat keputusan.
"Tapi kayaknya itu juga enak. Salad buah. Gue enggak pernah makan salad. Pengen nyoba."
"Mencoba sesuatu yang baru, terutama makanan, kadang bikin nyesel."
"Hm?"
Aku tidak berani menoleh. Tapi jika aku teliti lagi, di antara aroma manis kue, aku bisa mencium bau hutan yang memberikan kesan misterius dan menyegarkan.
Ada Kai.
Di belakangku.
Tepat di belakangku!
"Tapi penasaran." Kataku sambil melepas earphone, suara Kai yang agak berat dan basah terdengar lebih menarik daripada suara penyanyi favoritku. "Kayaknya ini seger. Lo pernah makan?"
Kala aku membalikkan badan dan menunjukkan sekotak salad buah, Kai mengangguk tanda ia pernah memakan makanan ini.
"Enak enggak?" Tanyaku padanya. Sekedar ingin memastikan.
Aku salah fokus pada Kai yang benar-benar terlihat segar. Dia sudah tidak mengenakkan seragam sekolah, sama sepertiku. Jaket hitam membungkus tubuhnya dengan pas, menutupi kaos putih polos itu, dipadukan dengan celana jeans hitam dan topi putih bertanda tangan Kai sendiri.
"Lo enggak perlu pendapat gue. Setiap orang punya selera yang berbeda, kalau penasaran, silahkan coba." Kai berlalu pergi. Aroma misteriusnya lambat-laun kembali tertimbun aroma manisnya kue. Lelaki itu menuju meja kasir, ia membeli sekotak berisi donat ternyata.
Aku ambil semuanya. Brownies cokelat, pai tiramisu, dan sekotak salad. Aku membayar selepas Kai selesai membayar dan melangkah keluar dari toko beraroma manis itu. Kalau dipikir-pikir aku agak caper karena mengikuti langkah Kai.
"Kai suka salad?" Tanyaku kala kami berdiri tak jauh dari pintu masuk toko.
"Semua punya selera masing-masing, Al." Kai membalas pertanyaanku dengan melirik walau hanya sekian detik, dia kemudian kembali sibuk menata barang-barangnya. Ternyata Kai sudah berbelanja banyak sebelum masuk ke toko ini.
"Ya, jawab aja. Suka atau enggak."
"Eum, kurang suka. Rasanya agak masam. Kontras dengan warna saladnya yang cerah. Ekspetasiku diawal, salad itu manis." Kai membalikkan badan karena ia telah selesai menata barang-barang dimotornya. "Tapi, itu selera. Belum tentu bagi gue kurang, di lo justru enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚 ✓
Ficção Adolescente[ SUDAH TAMAT, TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ] Ini tentang Kai, Kailanza Ryder Shankara. Si mawar hitam. Cantik, namun mencekik. Ia berduri, ia menyakiti. Manusia baik yang badjingan. Kalimatnya manis, semanis racun yang membunuhku tanpa ampun. ...