[ SUDAH TAMAT, TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ]
Ini tentang Kai, Kailanza Ryder Shankara. Si mawar hitam. Cantik, namun mencekik. Ia berduri, ia menyakiti. Manusia baik yang badjingan. Kalimatnya manis, semanis racun yang membunuhku tanpa ampun.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
★★★★★
Aku tidak tahu kenapa pipiku basah. Bayangan punggung Kai yang menjauh adalah sesuatu yang membuatku sakit. Aku takut jika suatu hari nanti, punggung itu tidak bisa kugapai lagi.
Seharusnya ini tidak perlu terjadi.
Seharusnya aku memang tidak perlu marah.
Sejak kapan seorang Kazalea menjadi seorang gadis pencemburu?
Sejak kapan seorang Kazalea menjadi gadis pembuat aturan dan bertingkah seakan ia penuh 'obsesi'?
Semuanya sejak aku memiliki Kai secara tak kasat mata. Tali merah yang menghubungkan kamilah yang membuat aku merasa Kai sudah seharusnya tunduk. Kai sudah seharusnya tunduk di bawah aturan tak tertulis di antara kita.
"Leh, nangis kau? Kan udah gue bilangin—"
"Udahlah, Yu! Jangan lempar minyak ke api, makin gede nanti jadinya."
"Oh, oke. Sorry."
Aku terus menyembunyikan wajah di antara lutut, tak memperdulikan atau menanyakan bagaimana kedua orang itu tahu aku bisa di perpustakaan dan menangis di pojok paling sunyi.
"Lo kenapa, Al?"
Aku menggeleng. Aku tidak papa.
"Tentang Kai lagi?"
Kuusap air asin yang membasahi pipi. Kutatap langit yang tampak penuh awan dari balik kaca jendela. Menerawang begitu jauh.
Kalau kupikir lagi dengan otakku, Kai memang benar, seratus persen benar.
"Kai udah minta maaf sejak awal, dia udah ngasih gue hadiah, dia udah tegasin kalau Kai sama Aurora cuma temen, tapi gue tetep marah dan enggak percaya sama dia."
Menyedihkan ketika menyadari semua ini karena keegoisanku sendiri.
"Iya, gue berlebihan, gue kelewatan, gue kekanakan. Kai bener." Langit memburam, aku tidak tahu bagaimana membuat mata ini berhenti menunjukkan kesedihannya.
"Dia ngomong gitu?" Aku menganggukan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Stella.
"Dia udah jelasin dan tegasin kalau dia sama Aurora cuma temen, tapi gua tetep ragu." Bando manis itu aku peluk. Seharusnya kupakai saja jepit rambut milik Kai. Memang sejak kapan seorang Kazalea tidak tahu caranya menghargai? Kalau aku menempatkan diri sebagai Kai, aku juga akan marah.
"Al, kalo gue bilang dia manipulatif total, lo mau percaya?"
"Ya enggak akan percaya lah, Yu! Dia lihat Kai sebagai suatu kebenaran!"