ekstra part 1 : Keputusan

128 21 0
                                    

[ Author Pov ]

★★★★★

Yang tidak Kazalea tahu adalah bahwa Kai nyaris kehilangan akal karenanya. Kailanza yang tidak pernah peduli dengan apa pun sebelumnya, kini mulai memikirkan banyak hal, salah satunya tentang ; bagaimana bersikap manis pada Kazalea? Bagaimana agar Kazalea tidak pergi dariku? Atau sesimpel, kalau aku melakukan ini, apakah Alea akan marah?

Sebelumnya Kai bukanlah orang yang seperti ini. Dia liar. Dia bebas. Dia tidak memperdulikan apa pun, terutama tentang penilaian orang padanya. Tapi Alea ... gadis manis itu membuatnya ingin bersikap baik.

Kai adalah orang yang super perhitungan, dia tidak mau rugi, itu benar. Dia tidak akan menunjukkan sikap pedulinya pada orang yang dia kira tidak akan berguna. Dia pandai memanfaatkan segalanya agar menguntungkan untuknya.

Seperti yang terjadi pada Aurora.

Gadis tinggi berambut panjang yang rela memotong rambutnya menjadi sepundak hanya agar Kai tertarik. Sayang seribu sayang, Kai hanya menganggapnya sebagai mainan. Bagi Kai, Aurora tak lebih dari sekedar alat yang membuat hidup Kai semakin mudah.

Kini, dalam pelariannya Kai merenung. Ia memejamkan mata. Mengingat segala hal yang terjadi dalam hidupnya. Sudah terlalu jauh untuk bunuh diri, dia telah melewati banyak hal dan Kai tidak suka kekalahan.

"Kalo gue mati, nanti Anjing itu seneng dong?" Monolognya pada dirinya sendiri. Dia sering melakukan ini seakan ada dua orang dalam tubuhnya yang kokoh. "Gemi enggak boleh seneng, dia harus nangis."

Kai membuka mata. Yang menyapa indra penglihatannya pertama kali adalah awan di langit sana. Melayang-layang seakan ia begitu setia. Kai tidak tahu ia ada dimana, yang jelas, kini dia sedang berbaring di atas rumput, di tanah yang sepi, hanya berteman dengan pohon-pohon hijau.

Kai tersesat. Atau lebih tepatnya menyesatkan diri.

Dia hanya ingin menyendiri. Meninggalkan semuanya. Semua hal. Termasuk Alea.

"Kenapa harus Kazalea?"

"Kenapa harus Kazalea?"

Dia menggumamkan kalimat tanya itu berkali-kali, berharap burung biru itu memberikan ia jawaban. Tapi nihil, dua puluh kali terucap, Kai tidak menemukan jawaban mengapa harus Kazalea yang ia cintai?

"Gue—yang gue tau cuma, gue ingin Kazalea. Semuanya tentang dia."

Kai ingin memeluknya setiap waktu, menciumi lehernya, mengigit pipinya yang bulat, mengatakan bahwa ia tidak ingin Alea pergi. Kai ingin Kazalea mengusap rambutnya dengan lembut, kalau perlu, memberikan kecupan ringan juga.

Apa hal itu yang dinamakan cinta?

Kai tidak tahu.

"Argh! Engga tau! Gue pusing! Gue kacau karena dia."

Cinta Alea adalah hal favorit untuk Kai, tapi semuanya menimbulkan bahaya dan celaka.

Kini posisi Kai berubah, dari terlentang menjadi terngkurap. Dia membanting wajahnya di tanah berumput, beruntung wajah tampannya tidak lecet karena tergores tanah yang keras.

"Gue mau Alea~" Hati memang tidak bisa dikendalikan dengan mudah, dia seakan punya nyawa sendiri untuk melakukan hal yang bahkan tidak pernah kita duga sebelumnya.

"Anjir! Sejak kapan Kai kaya gini?!" Lelaki itu kini duduk. Ia menatap nanar sekotak rokok dan korek yang tadi ia beli.

Kai itu seharusnya liar. Dia tidak tunduk di bawah kendali siapa pun.

𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang