19. Kai Si Badjingan!

67 14 0
                                    

💚19. Kai Si Badjingan!

Dari 24 jam yang ada, 8 jam aku gunakan untuk belajar di sekolah. Itu bukan waktu yang sebentar, nyaris seharian penuh—kala matahari masih menyinari—aku menghabiskan waktuku di gedung biru berlantai tiga ini.

Aku akan menghabiskan tiga tahun dalam hidupku untuk belajar di SMA demi selembar kertas dan ucapan selamat.

Astaga! Jangan bilang-bilang ini pada Waka Kesiswaan dan Kepala Sekolah ya!

Tapi, hari-hari yang membosankan dan monoton di GALSA seketika berubah mencari menyenangkan sejak bersama Kai. Ibaratnya—meski ini agak lebai—disaat aku tersesat di tengah hutan belantara yang gelap gulita, aku akhirnya menemukan sebuah lentera setelah sekian lama.

Menyenangkan, menggembirakan, dan ... luar biasa!

"Eh, ini si lagu apa ya? Aku mati, mati, mati, mati bila engkau pergi~ dengarlah kesayanganku ... " Kalau bisa di akui, Haikal memiliki suara yang cukup bagus. Maksudku, mungkin standar. Meski di banding Kai, Haikal masih kalah. Suara Kai jauh lebih candu! "Apa lanjutannya?"

"Lagunya si Algazali, ya ngga si?"

"Iya. Lanjutannya apa ya?" Ya, gerumbulan itu mulai membicarakan sesuatu yang tidak penting.

"Dengarlah kesayanganku semampu dan sebisaku~" Candra bernyanyi, terdengar cukup nyambung.

"Beda lagu anjir!"

"Itu mah lagunya Wali!"

"Lah, tapi kok nyambung?"

"Bukan gitu lagunya!" Haikal tampak geram, kalau dipikir-pikir, memang bukan seperti itu lagu yang benar. "Dengarlah kesayanganku —"

"—semampu dan sebisaku,"

"GUA KATA BEDA LAGU, ANJIR! AKU AKAN MENJAGAMU, SEMAMPU DAN SEBISAKU! KARNA BAGIKU ENGKAULAH NYAWAKU!~ ITU YANG BENER!" Beuh, Haikal yang penuh emosi.

"Kata gua, mending lo diem, Can." Kata Renjanu.

"Terus lagu yang lo nyanyiin? Lagu apa?" Jeremy bertanya.

"KALO GUA TAU, GUA KAGA NANYA!"

"Makanya jangan nanya, jangan bertanya-tanya."

"Nanti jadi cepmek."

"Kamu nanyea? Kamu bertanyea-tanyea?"

"Dahlah, capek gue ngomong sama kalean. Mending dengerin lagunya Jodi. Nyeseknya dapet. Gua mau nekat galau walau enggak ada yang nyakitin."

"Sok-sokan dengerin lagunya Jodi, emang lo ngerti bahasa Inggris?"

Waktu pasti seakan berhenti untuk Haikal, dia mematung di tempatnya. Dia pasti tersinggung, sebenarnya, aku juga tersinggung.

"Wah, itu adalah mulut yang di rindui api neraka! Kejam dan tajam, menyakiti hati moengilku yang lemah-lembut."

"Lo kalo ngomong, disaring dong, Ran, yang kesindir bukan cuma satu doang."

"Sandwich, sandwich, sandwich, lima ratusan! Tapi boong, nah, sandwich buah. Masing-masing satu ya." Kai masuk kelas dengan membawa dua bungkus plastik putih.

"Gratis?"

"Engga, dibayar pake ginjal."

"Waah, lebih mahal daripada harga diri lo."

"Badjingan!" Umpatan yang khas dari sosok Kailanza.

"Waahh, tumben, Kai?"

"Biasa, lagi kumat!" Kai tertawa kecil.

𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang