❃❃❃
JANTUNGNYA seolah berhenti berdetak. Apollo yang terpaku akan jawaban Aphrodite mendadak menjadi tuli. Otaknya yang semrawut berusaha untuk mencernanya sekali lagi, tetapi kesimpulan yang sama itu semakin membuatnya kelu.
"Selamanya?" tanyanya getir.
"Itu yang aku ketahui," konfirmasi Aphrodite yang sukses mematik kepanikannya.
"Tolong, Aphrodite. Apa tidak ada suatu cara untuk membangunkannya?" mohonnya dengan kedua alis yang saling bertautan.
Dewi itu menyelami kepalanya sejenak. Mencari sebuah solusi yang sebelumnya belum pernah mereka bayangkan. Sebuah jalan keluar yang belum teruji pembuktiannya.
"Sebenarnya ada satu cara, tetapi hal ini sedikit mustahil untuk dilakukan."
"Apa itu? Katakan padaku!"
"Sebuah ciuman." Jawaban itu sukses membuat mata Apollo membulat. "Tapi kau harus melakukannya dalam wujud aslimu, bukannya samaran."
Sekarang dia tahu seberapa mustahilnya hal tersebut. Berdiri di depan manusia dengan wujud asli dan bukan samaran merupakan hal tabu. Manusia bisa saja terbakar menjadi abu dalam sekejap mata ketika melihat wujud dewa yang paling asli. Tenggorokannya terasa kering saat menemui solusi bunuh diri itu.
"Apa tidak ada jalan lain?"
"Tidak ada. Jika dia memang cinta sejatimu maka dia akan bangun. Namun, kalau ternyata bukan maka kau harus merelakannya untuk tidur selamanya."
Tulang punggung Apollo seketika merinding. Angin ribut kembali meniupkan kelesah ketika dia mengingat semua ramalannya, mencetak fenomena yang belum lama menimpanya itu dengan huruf kapital dan tebal. Dia tidak bisa memprediksi Leora lagi sejak meninggalkan Delphi.
Apollo menekan jari-jarinya cukup keras hingga memerah. Pilihan tersebut sama sekali tidak menguntungkan baginya maupun Leora. Mau tidak mau, dia harus memilih salah satu risiko tersebut dalam waktu singkat. Dia harus merelakan untuk kehilangan Leora, atau harus mempertaruhkan keselamatannya demi sesuatu yang belum pasti. Waktu yang sedang memburunya itu memojokkannya ke jalan buntu.
"Baiklah, aku akan mencobanya," putusnya getir seraya melirik Eros yang masih gemetaran di belakang ibunya. "Jika ini tidak berjalan baik maka putramu harus tinggal di Tartarus," lanjutnya yang membuat dewa bersayap itu menegang.
"Baik, aku menerimanya," jawab Aphrodite yang membuat Eros cabar hati hingga tidak bisa mengungkapkan penolakan.
❃❃❃
Keadaaan belum kunjung berubah meskipun hampir menjelang fajar. Asklepios yang disuruh tinggal di Thebes masih terlihat duduk di lantai sembari meluruskan kakinya yang pegal. Berulang kali dia menengok ke jendela, berharap kalau penantiannya bisa segera terselesaikan. Namun, belum sempat dia mengganti posisi santainya, kilatan cahaya yang tiba-tiba muncul di kamar itu membuatnya tersentak hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART OF PHOEBUS
Historical Fiction[Rated M | Romance Fantasi Mitologi] Thebes adalah tanah kelahirannya. Tidak ada hal lain yang Leora inginkan sebagai Putri Thebes, selain mengabdikan dirinya kepada dewa dan menjaga kesuciannya hingga pernikahan. Sayangnya, manusia tidak bisa meneb...