[Rated M | Romance Fantasi Mitologi]
Thebes adalah tanah kelahirannya. Tidak ada hal lain yang Leora inginkan sebagai Putri Thebes, selain mengabdikan dirinya kepada dewa dan menjaga kesuciannya hingga pernikahan. Sayangnya, manusia tidak bisa meneb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❃❃❃
ISTANA putri Thebes itu cukup ramai pagi ini. Leora mengundang para gadis untuk menenun dan menyulam bersama. Mereka bercengkerama sambil menjahit kain halus di pangkuan masing-masing, sesekali tertawa kecil ketika obrolan di antara mereka menghangat.
Kemarin lusa, Leora sempat membeli benang dan kain di agora, tetapi baru hari ini ia memiliki waktu untuk menggunakannya. Persiapan festival yang semakin dekat ternyata lebih menyita waktu dari yang ia perkirakan.
"Tahu begitu, aku ikut denganmu saja," dengus Akalle yang duduk di sebelahnya.
"Aku sudah bilang kalau kami akan menemui Evander, tapi kau malah memilih pergi ke sungai bersama teman-temanmu."
Akalle mengerucutkan bibirnya. "Lain kali, bilang kalau kau juga akan mampir ke agora untuk berbelanja." Ia kemudian merentangkan kain di pangkuannya. "Aku jadi ingin kain cantik seperti punyamu ini. Kau membelinya di mana?"
"Lapak yang ada di dekat Amphion," jawab Leora, jarinya tetap cekatan menyulam benang dengan cermat.
"Baik! Besok aku akan pergi ke sana!"
Leora tertawa kecil lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Motif bunga-bunga kecil mulai terbentuk di kainnya, tersusun dalam kombinasi warna yang lembut. Peony yang ia sulam perlahan menyerupai kelopak asli, tampak indah dalam setiap rajutnya.
Sesaat, ia merasa damai. Aktivitas ini membuatnya santai dan gembira, tetapi keasyikannya sedikit terusik oleh bisikan lirih dari para gadis yang duduk di dekat balkon. Tampaknya mereka sedang menggosipkan sesuatu yang panas.
"Aku belum pernah melihat seseorang seindah itu," bisik salah satu dari mereka.
"Benarkah? Di mana?"
"Di istana selatan."
"Siapa dia?"
"Entahlah, tapi dia adalah ciptaan dewa yang paling sempurna," tutur lainnya.
"Aku juga ingin melihatnya!"
Leora mencoba mengabaikan percakapan mereka, tetapi entah mengapa, telinganya justru semakin awas. Suara mereka yang semakin bersemangat membuat benang gulungan mereka terjatuh ke sana kemari, seolah percakapan ini jauh lebih menarik dibandingkan sulaman mereka sendiri.
Merasa sudah tidak bisa menahan rasa penasaran, Leora melirik ke arah Akalle dan berbisik, "Apa aku melewatkan sesuatu?"
Akalle menoleh dengan ekspresi main-main. "Kau belum mendengarnya?"
"Mendengar apa?"
"Mereka sedang membicarakan tamu tampan yang tinggal di istana selatan."
Leora hendak menjawab. Namun, di saat yang sama, jarum yang ia pegang menusuk jarinya cukup dalam. Rasa perih langsung menjalar ke ujung jarinya hingga setetes darah merembes keluar.