❃❃❃
ARTEMIS. Dewi yang berwujud gadis muda nan jelita itu masih duduk di atas kereta perangnya. Mata peraknya menatap ke bawah, tampak gemerlap saat ia menentukan targetnya. Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini pun merupakan gilirannya untuk melakukan aktivitas kegemarannya, merentangkan busur dan memburu targetnya.
Sebuah tabung panah tersampir di bahu kirinya, melengkapi busur perak yang senantiasa ia bawa ke mana saja. Setiap ujung anak panahnya diasah tajam, membuatnya lebih cepat ketika ditembakkan. Sang dewi memiliki belas kasih terhadap targetnya dengan mengangkat rasa sakit mereka. Namun, bagi siapapun yang menerima hukumannya, rasa sakit itu bisa digandakan berkali-kali lipat.
Artemis menyunggingkan senyumnya setelah menemukan lokasi targetnya. Dia lantas menuruni kereta perangnya untuk bergabung bersama para gadis pemburu yang masih sibuk menyiapkan perlengkapan mereka. Mengasah mata panah dan merajut jaring merupakan persiapan penting sebelum perburuan dilaksanakan sepanjang malam.
Para gadis pemburu merupakan gadis perawan dari kalangan nimfa maupun manusia yang sudah bersumpah untuk menjadi pengikut setia Artemis. Bagi mereka yang sudah berikrar, akan dianugrahi dengan umur panjang oleh sang dewi. Mereka kemudian akan tinggal di hutan suci Artemis dan diharuskan menjaga kemurniannya seumur hidup mereka. Namun, menjadi pengikut Dewi Perburuan merupakan sebuah tantangan tersendiri karena terdapat banyak sekali godaan yang telah menanti di tengah jalan.
Sebuah konsekuensi berat akan dijatuhkan kepada gadis pemburu yang berani melanggar sumpahnya. Artemis tidak akan pandang bulu kepada siapa dia memberikan hukumannya. Semuanya tegas dan rata, sekalipun orang tersebut adalah Callisto, sahabat kesayangannya yang harus rela terusir dari sisinya setelah tersentuh api asmara Zeus.
Maka dari itu, hanya gadis dengan pendirian yang kuat yang akan mampu bertahan. Mereka akan menemani Artemis dalam keabadian dan terus mengaguminya sebagai pemanah nomor 1 di Olympus. Namun, kadang kala ada seseorang yang tidak setuju dengan pendapat tersebut dan menyebut dirinya sebagai pemanah yang sama baiknya dengan putri Zeus itu.
Sosok itu mendarat di sana tanpa permisi. Dia memancarkan aura cemerlang di balik bayang-bayang hutan yang gelap. Para gadis pemburu yang melihat kedatangannya pun langsung membungkuk segan ketika putra kesayangan Raja Olympus itu melangkah tenang untuk menghampiri dewinya.
Artemis menoleh dengan tatapan sinis. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku mampir ke sini sepulang dari Hyperborea," jawab pemuda yang juga menenteng busur panah kesayangannya. "Aku ingin ikut berburu denganmu. Apakah tidak boleh?"
Kedua saudara kembar itu memang suka memanah. Mereka sering berburu bersama sedari kecil. Namun, bukan sekadar memanah hewan buruan saja yang bisa mereka lakukan, melainkan juga menembakkan wabah penyakit kepada umat manusia.
Artemis mengangkat setengah alisnya. "Kau pasti ingin memamerkan sesuatu kepadaku. Benarkan, Apollo?"
"Apa kau tidak mau melihatnya?" tanyanya menyeringai nakal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART OF PHOEBUS
Historical Fiction[Rated M | Romance Fantasi Mitologi] Thebes adalah tanah kelahirannya. Tidak ada hal lain yang Leora inginkan sebagai Putri Thebes, selain mengabdikan dirinya kepada dewa dan menjaga kesuciannya hingga pernikahan. Sayangnya, manusia tidak bisa meneb...