32 || Rusa dan Pemburu

289 50 3
                                    

❃❃❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃❃❃

EMBUN dari hasil gutasi menguap dari ujung-ujung dedaunan. Cahaya lembut keemasan mulai meninggi di atas pegunungan. Menerangi kota dengan aroma tanah dan membangunkan tanaman yang semula tertidur lelap.

Di agora, para pedagang sudah mulai membuka kios-kios mereka, sedangkan para petani mulai beraktivitas di ladang. Mereka mengenakan pakaian ringan untuk menghadapi suhu yang semakin meningkat. Membenturkan sabit dan mengerek hasil panen terakhir sebelum matahari semakin meninggi di atas kepala.

Musim panas memang sudah memasuki masa pertengahan. Beberapa dari pekerja sudah menyiapkan irigasi untuk menghalau panas berkepanjangan akibat intensitas hujan yang semakin berkurang. Mereka mulai menyimpan air dalam gentong-gentong besar dan mengairi ladang dari Sungai Ismenus dan Mata Air Dirce yang masih mengalir deras.

Meskipun demikian, langit biru yang terhampar tanpa awan memang tampak cerah. Leora yang berdiri di dekat ambang jendela pun sedari tadi memperhatikannya sambil mengusap pelan gelang yang melingkar di tangannya. "Ke mana dia?" tanyanya kepada Helota yang berada di sebelahnya.

"Pelayan dari penginapan tidak ada yang melihatnya hingga hari ini. Bertepatan setelah Putri kembali dari kuil kemarin, Tuan Aetius berpesan pada mereka kalau dia akan keluar Cadmea selama beberapa hari."

Leora menyambutnya dengan helaan panjang. "Lagi?"

"Sepertinya Tuan Aetius tergesa-gesa. Katanya dia tidak membawa apa-apa bersamanya."

Leora kemudian menuju ke meja riasnya untuk melepaskan semua perhiasannya. "Apa hal yang mendesak itu?" gumamnya yang dibalas gelengan tidak tahu dari Helota.

Bagaimana dia bisa merasa yakin, apakah Aetius serius atau hanya main-main dengannya jika seperti ini? Dia menghilang begitu saja setelah mengutarakan niatnya, seolah menggantungkannya tanpa sebuah kabar yang jelas. Setidaknya, dia seharusnya berpamitan dulu padanya jika ingin pergi ke suatu tempat.

"Tolong, ambilkan aku baju ganti saja."

"Apa pakaian ini terlalu panas?"

"Aku ingin pergi berburu sebentar sebelum semakin siang," ujar Leora tersenyum kecil.

Selama beberapa waktu terakhir, Leora memang terlalu sibuk dengan urusan istana dan berbagai perayaan yang diselenggarakan. Sekarang dia harus memanfaatkan waktu senggangnya untuk melakukan kesenangannya. Dia perlu merenggangkan tubuh dan menyegarkan isi kepalanya sebelum musim panas berakhir.

Kaki kudanya berderap di tanah berumput yang kering. Menerbangkan beberapa partikel debu ke udara. Pepohonan lebat mulai menguning ujung-ujungnya, tetapi tetap mampu menahan sinar matahari yang mulai menghangat. Resin yang keluar dan mengering di antara kulit pohon pinus memberikan wangi tajam, berpadu dengan aroma khas hutan yang menenangkan.

Para driad yang menghuni hutan pun tampak menyembunyikan dirinya. Menghindar agar tak terekspos keindahannya. Meski begitu, kedua anjing pemburu Leora mulai mengendus tanah yang kering itu. Melacak targetnya sehingga tidak bisa bersembunyi lagi dari pemburunya.

THE HEART OF PHOEBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang