❃❃❃
EOS baru saja merentangkan jari lentiknya yang kemerah-merahan. Menyingkap malam dan membukakan gerbang langit agar Matahari dapat terbit di ufuk timur untuk melingkupi Yunani dengan kehangatan sinarnya. Sementara hari yang baru sudah siap menemani, Leora pun sudah sibuk memilah satu di antara belasan chiton yang akan dipakainya hari ini.
"Helota, bisakah kau membantuku ?"
"Anda ingin memakai yang mana?" tanya Helota mengambilkan beberapa pilihan warna untuknya.
Leora berpikir sejenak, kira-kira warna apa yang dia sukai? Setelah menimbang cukup lama, akhirnya pilihannya jatuh kepada kepada chiton merah muda berlengan panjang itu. "Yang ini saja."
Helota langsung membantunya berganti pakaian. Kemudian mengepang rambutnya dan menghiasinya dengan jepit rambut kecil. Selanjutnya, dia memakaikan anting-anting dan kalung yang senada untuk menyempurnakan penampilan Leora.
"Anda mau ke mana pagi-pagi sekali?" tanya Helota.
Matahari belum meninggi dan ayam baru berhenti berkokok sekitar 3 jam yang lalu. Dia penasaran ke mana tuan putrinya akan pergi di hari yang sepagi ini. Apakah dia akan mengunjungi tempat yang jauh?
"Aku ingin jalan-jalan," ungkapnya dengan tersenyum kecil.
"Dengan siapa?" tanya Helota berjaga-jaga.
"Seorang kenalan," jawabnya seraya membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan dayang yang masih memandanginya dengan penuh tanda tanya. "Aku akan pergi bersama Tuan Aetius."
"Bagaimana kalau ada yang bertanya tentang kepergian Anda?"
"Katakan saja aku sedang mengantar tamu berkeliling Cadmea," jawab Leora sembari memakai perona pipinya.
"Baik, Putri." Dayang itu tidak bisa berkomentar lagi, selain menuruti perintahnya. Dia harus memutar otaknya untuk memberikan alasan yang meyakinkan jika ada yang bertanya lebih lanjut mengenai keberadaan tuan putrinya.
Setelah selesai memoleskan pemerah bibir, Leora langsung mengenakan jubah bepergiannya. Dia melangkah keluar dari kediamannya dan bergegas menuju tempat perjanjian mereka. Langkah riangnya pun perlahan-lahan melambat ketika ia menangkap Aetius yang sudah menunggu di kejauhan. Laki-laki itu mengenakan jubah merah yang senada dengan chitonnya, berdiri di bawah pohon sambil memejamkan matanya untuk merasakan kehangatan mentari yang menerpa wajahnya.
"Aetius!"
Panggilan Leora membuatnya seketika menoleh. Namun, Aetius masih bergeming saat gadis itu berlari kecil ke arahnya dengan tangan yang terlambai. Pikirannya seolah terbang karena terkunci oleh pemandangan menawan yang penuh manis orris di depannya.
"Apa kau sudah lama menungguku?"
Aetius sontak menggeleng kecil. "Belum lama." Dia kemudian memperhatikannya sekali lagi dengan tatapan yang lembut. "Hari ini kau tampak bersinar, Leora."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART OF PHOEBUS
Historical Fiction[Rated M | Romance Fantasi Mitologi] Thebes adalah tanah kelahirannya. Tidak ada hal lain yang Leora inginkan sebagai Putri Thebes, selain mengabdikan dirinya kepada dewa dan menjaga kesuciannya hingga pernikahan. Sayangnya, manusia tidak bisa meneb...