❃❃❃
HARI ini, Leora berusaha untuk menggerakkan tubuhnya lebih banyak. Awalnya memang terasa kaku, tetapi dia tidak boleh menyerah begitu saja. Apalagi sekarang Calista sedang berkunjung ke Asklepion, membuat Leora tambah bersemangat.
"Apa kau sudah baikan?" tanya Calista sembari menggenggam tangan adiknya erat.
"Seperti yang kau lihat, aku sudah mulai membaik, Adelfi."
"Aku lega mendengarnya. Saat itu memang sangat menegangkan."
"Aku dengar kau juga sempat pingsan. Apa kau tidak apa-apa?" tanya Leora dengan alis yang bertautan.
"Aku baik-baik saja. Itu hanya gejala ringan."
Leora semakin mengerutkan dahinya. "Apa kau sakit?"
Calista kemudian mengembangkan senyumnya lebih lebar. "Kau akan segera menjadi bibi, Leora," ungkapnya.
Mata Leora membulat cerah. "Benarkah? Itu luar biasa!"
Calista mengangguk antusias lalu mengelus perutnya yang masih datar. "Aku juga tidak menduganya. Karena semua ini, rencananya jadi sedikit mundur," gumamnya.
"Rencana apa?" tanya Leora penasaran.
Calista sedikit terperangah. Dia tidak sadar karena bicara kelepasan. "Ah, bukan apa-apa," balasnya cepat mengalihkan pembicaraan mereka. "Yang terpenting kau harus segera pulih."
Leora tampaknya tidak terlalu menghiraukan ucapannya yang terhenti. "Baiklah."
"Oh, ya! Aku membawa sebuah titipan untukmu." Calista mengulurkan sebuah kotak perak yang di bawanya dari istana.
"Apa ini?"
"Hadiah dari Jonas," bisiknya yang membuat kedua alis adiknya terangkat penuh tanda tanya. "Kau bisa membukanya nanti saja. Sekarang waktunya kita menghabiskan waktu bersama."
Leora mengangguk menurut. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan dan ceritakan kepada Calista. Bagaimana suasana di Athena? Seperti apa akropolis mereka yang terkenal itu? Apa saja kegiatan yang dia lakukan di sana? Dia ingin tahu hal-hal yang belum pernah ia lihat atau dengar sebelumnya.
Sayangnya, waktu mengalir lebih cepat daripada keingintahuannya. Calista yang menjenguknya pun ternyata sekalian ingin berpamitan. Dia bilang, mereka akan kembali ke Athena nanti sore jika tidak ada halangan. Leora pun hanya bisa mengharapkan keselamatan kakaknya selama perjalanan pulangnya.
Sekarang dia kembali sendirian, hanya ditemani oleh Helota yang sedang menyeduh teh herbalnya. Gadis itu kemudian bersandar ke ranjang sambil menghirup aroma teh yang menenangkan. Setidaknya, dia harus menikmati ketenangan ini sejenak agar pemulihannya lebih maksimal.
"Apa kau sudah menyampaikan pesanku kepada Tuan Aetius?" tanyanya sembari menyeruput teh yang mengepul itu.
"Sudah, Putri. Tapi ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART OF PHOEBUS
Historical Fiction[Rated M | Romance Fantasi Mitologi] Thebes adalah tanah kelahirannya. Tidak ada hal lain yang Leora inginkan sebagai Putri Thebes, selain mengabdikan dirinya kepada dewa dan menjaga kesuciannya hingga pernikahan. Sayangnya, manusia tidak bisa meneb...