14 || Deru Ismenus

404 57 3
                                    

❃❃❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❃❃❃

FESTIVAL Daphephoria yang baru saja dibuka langsung menjadi pusat perhatian. Untaian daun salam menghiasi sepanjang jalan yang mereka lewati. Sapi-sapi yang hendak dikorbankan mulai dibawa ke Bukit Ismenion. Berbaris panjang bersama puluhan persembahan yang turut diboyong ke kuil Dewa Apollo bersama ribuan pengikutnya.

Diceritakan dahulu, Jendral Thebes Polematas yang hendak berperang mendapatkan penglihatan dari Apollo. Dia melihat seorang pemuda memberinya baju zirah dan memerintahkan mereka untuk berdoa kepadanya sambil membawa pohon salam di setiap tahun kesembilan. Berbekal ramalan itu, Polematas pun menyerang dan berhasil mengalahkan musuhnya. Mendapatkan kejayaan Thebes seperti yang diramalkan, dia pun lantas melaksanakan perintah Apollo dengan memelopori diselenggaranya Festival Daphnephoria setiap 9 tahun sekali di Thebes.

Evander yang menjadi Daphephoros itu pun berangkat ke lokasi. Dia memakai jubah yang mewah dan mahkota dari rangkaian daun salam. Sandalnya terbuat dari kulit yang halus dan empuk, digunakannya untuk menapaki jalan suci menuju ke Kuil Apollo Ismenus.

Sesuai dengan tradisi mereka, Arsen yang menjadi saudara Daphnephoros akan berjalan di depannya. Dia akan membawa tongkat suci yang dipasangi sebuah bola perunggu besar di atasnya sebagai simbol matahari. Lalu terdapat sebuah bola sedang di tengah-tengah tongkatnya sebagai simbol bulan. Dan juga beberapa bola-bola kecil yang digantungkan di sekeliling tongkat sebagai simbol bintang-bintang yang sedang mengorbit angkasa. 

Keberangkatannya pun diikuti oleh himne suci yang dipanjatkan oleh para gadis di belakangnya. Termasuk juga Leora yang menjadi salah satu anggotanya. Mereka terdengar bernyanyi merdu sambil membawa bejana perunggu untuk mengiring keberangkatan Daphnephoros ke tempat tugasnya.

Setelah melewati jalanan yang menanjak, akhirnya gemerik air mulai terdengar. Kuil yang berdiri di tepian sungai itu tampak indah dengan dekorasi menawannya. Dilengkapi dengan wangi khas myrrh dan frankincense yang menguarkan kuat di sekitar mereka.

Kemudian, satu per satu prosesi pun dilanjutkan. Pengorbanan dan persembahan yang mereka bawa mulai bergantian dihaturkan kepada Phoebus Apollo. Memenuhi altarnya dengan senandung pujian agar Thebes selalu mendapatkan keberkahan cahayanya.

Ketika pendeta mengakhiri prosesi pemujaannya, bibir Leora pun melengkung sempurna. Dia bergegas keluar dari kuil dengan menerobos kerumunan. Namun, niat yang sudah ia susun sedemikian rapi itu justru diinterupsi oleh kakak perempuannya.

"Leora!" panggil Calista.

Gadis itu sontak berhenti lalu membalikkan badannya. "Ya?"

"Kau mau ke mana buru-buru?"

"Aku hanya ingin berkeliling dengan Helota," jawab Leora sambil menoleh kepada dayangnya.

"Kau tidak mau menemaniku?"

Leora merasa bimbang oleh pertanyaannya. Di satu sisi dia segan menolak permintaan kakaknya, tetapi di sisi lain dia tidak ingin mengecewakan Aetius karena sudah membuat janji dengannya jauh-jauh hari. Ketika Loera masih berjibaku dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba saja Arsen menyela perbincangan mereka. 

THE HEART OF PHOEBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang