❃❃❃
BULAN yang ditarik oleh kereta sang dewi sudah menerangi langit malam Yunani. Menandakan tibalah waktunya bagi Artemis untuk merentangkan busurnya, berlarian di tanah hutan, dan memulai perburuan malam ini bersama para pemburu setianya.
Sementara itu, lampu-lampu minyak tampak menerangi lorong dan bilik istana. Beberapa orang yang melangsir juga mulai kembali ke tempatnya sebelum hari semakin gelap. Namun, Leora yang duduk di kuil itu masih menadahkan tangannya sambil merapalkan puja dan pujian.
Wangi khas bakaran persembahan di altar menguap ke udara. Aroma pekatnya menyatu dalam kekhusyukan doanya. Nyanyian merdu yang ia haturkan kepada para Dewa Olympia merupakan panjatan syukur terhadap mereka yang sudah senantiasa melindungi polis-nya.
"Maaf mengganggu, Putri," ujar lirih dayangnya dari belakang.
Leora menghentikan doanya lalu menoleh. "Ya, Helota?"
"Pangeran Arsen sedang menunggu di luar."
"Kakak?" gumam Leora yang langsung memberesi altarnya dan bergegas keluar dari sana.
Dia langsung mengedarkan pandangannya ke taman yang remang-remang. Menelusuri seluruh tempat itu untuk mencari sosok yang disampaikan. Lalu samar-samar dia bisa melihat tubuh pemuda yang sedang berdiri membelakangi salah satu lampu taman. Terlihat tegap dan menunduk di kegelapan.
"Adelfos?" panggil Leora yang bergegas menghampirinya. "Bukankah kau baru pulang dari Chalcis?"
Arsen memahat senyum lebarnya lalu memeluknya erat-erat. "Leora, adikku tersayang. Senang sekali bisa melihatmu lagi."
"Apa ada sesuatu yang mendesak?"
Arsen mengernyitkan dahinya lalu melepaskan pelukannya. "Apa aku mengganggumu?"
"Sama sekali tidak," balasnya sambil memperhatikan kakaknya sekali lagi. "Adelfos tidak kenapa-kenapa, kan?"
Dia terkekeh. "Aku baik-baik saja. Aku ke sini untuk menepati janjiku kemarin."
"Janji?" gumam Leora sambil mengingat-ingat hal apa itu.
Arsen mengeluarkan sebuah gulungan papirus dari balik jubahnya. "Ini untukmu."
Ketika Leora mengamati gulungan itu dengan teliti, mata birunya pun langsung membulat cerah. "Ini benar-benar untukku?"
"Tentu saja! Aku kan sudah berjanji untuk membawakanmu salinan syair Philoneos sepulang dari Chalcis."
Leora memeluk papirus itu dengan pipi yang mengembang. Meskipun wanita Yunani umumnya tidak diberikan pendidikan, tetapi tidak ada yang melarang Leora untuk belajar membaca. Seandainya di Thebes ada lomba kecerdasan antar wanita, pasti Leora bisa menjadi juaranya.
"Aku dengar, kau akan berangkat ke Hyampolis besok. Jadinya aku bergegas ke sini untuk memberikannya padamu."
"Terima kasih banyak, Adelfos! Aku sangat menyukainya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART OF PHOEBUS
Fiksi Sejarah[Rated M | Romance Fantasi Mitologi] Thebes adalah tanah kelahirannya. Tidak ada hal lain yang Leora inginkan sebagai Putri Thebes, selain mengabdikan dirinya kepada dewa dan menjaga kesuciannya hingga pernikahan. Sayangnya, manusia tidak bisa meneb...