❃❃❃
KABAR tak terduga telah mengguncang Thebes. Negara kota yang semula membanggakan dirinya karena berhasil memegang tampuk kekuasaan Yunani kini dicemaskan oleh sebuah ramalan yang hangat. Hal ini bukannya tak berdasar, melainkan seperti yang banyak orang ketahui, Phoebus Apollo tidak pernah memberikan ramalannya di luar tanggal konsultasi Pythia. Sekalipun ada ramalan yang mendesak, Dewa Ramalan juga diketahui tidak akan memberikan ramalannya secara cuma-cuma kepada manusia.
Sekarang semua orang mulai bertanya-tanya mengenai fenomena ini. Apakah ada suatu kesalahan yang tidak disengaja? Mereka sudah merayakan festival Apollo dengan baik dan meramaikan kuilnya sepanjang tahun ini, bahkan dengan persembahan fantastis yang baru-baru ini dilaksanakan. Lantas apa yang membuat Phoebus Apollo sampai gusar? Rasanya tidak ada satu pun aturan yang dilanggar maupun kejahatan yang mereka lakukan.
Hantaman kilat itu tidak hanya menyambar Thebes, tetapi juga membuat langit Olympus ikut bergemuruh setelah mendengar ramalan yang telah disampaikan. Apollo yang mendapatkan panggilan itu bergegas memacu kereta perangnya lebih cepat, berusaha mencapai Olympus sebelum guntur dan halilintar menelan seluruh mataharinya.
Benar saja, suasana mencekam sudah menyambut kehadirannya. Awan menebal dengan lantai marmer hitam yang tampak semakin menggelap. Petir terlihat menyambar-nyambar di atasnya, mengkilat putih dan memekakan. Tidak ada yang berani keluar dari istana mereka, kecuali Herakles yang masih mengemban tugas untuk membukakan gerbangnya.
Apollo menahan napasnya sejenak, melangkah ke dalam untuk menemui Zeus yang sudah duduk di singgasananya dengan wajah yang keruh. Tangannya dieratkan ke sisi tubuhnya, berusaha untuk bersikap tenang sebelum ia berlutut di hadapannya. Sekilas, dia dapat menangkap kilatan tajam dari mata Zeus yang seolah ingin mencabik tubuhnya.
"Salam hormatku kepada Penguasa Olympus, Zeus Yang Agung," salam hormatnya.
Zeus menghentakkan tongkat petirnya dengan keras sehingga Apollo tersentak. Suara menggelegar itu bergema ke seluruh penjuru arah, beriringan dengan gemuruh yang berpusar di atas bumi. Lantai halus yang ia pijaki pun bergetar hebat, menghantarkan amarah Zeus di setiap getarannya.
"Kau tahu alasanku memanggilmu, Phoebus?" tanya Zeus menahan geram.
Apollo masih menatap ke bawah selama beberapa saat, mengumpulkan keberaniannya untuk mengangkat kepalanya dengan tegak. "Aku sadar akan alasannya," jawabnya sambil menatap Zeus dengan mata keemasannya.
Sekali lagi Zeus menghentakkan tongkatnya lalu menegur Apollo dengan lantang. "Kau menurunkan ramalanmu kepada Thebes dan mencampuri urusan manusia tanpa seizinku! Bagaimana kau akan menjelaskan ini?"
Apollo menghela napasnya pelan. "Ramalan ini merupakan kelanjutannya. Apa yang terjadi di Thebes akan membuka peluang bagi ramalan besar yang telah dinantikan."
"Seperti itukah pembelaanmu?" tegur Zeus dengan tajam.
Sosok yang sedari tadi ikut mendengar mereka pun sekarang angkat bicara. "Maaf karena menyela, tapi kami sudah mendiskusikan hal ini sebelumnya," sanggah Athena.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART OF PHOEBUS
Historical Fiction[Rated M | Romance Fantasi Mitologi] Thebes adalah tanah kelahirannya. Tidak ada hal lain yang Leora inginkan sebagai Putri Thebes, selain mengabdikan dirinya kepada dewa dan menjaga kesuciannya hingga pernikahan. Sayangnya, manusia tidak bisa meneb...