Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Selesai dengan kegiatannya di kantor, Nathan segera melajukan mobilnya menuju rumah orang tuanya setelah sebelumnya ia mendapat informasi dari Jean bahwa Lia akan pergi ke sana. Apalagi Jean semakin menambahkan informasi bahwa Lia tidak membawa mobil. Itu adalah kesempatan baginya untuk mengajak mantan istrinya pulang bersama dan melakukan pendekatan lagi seperti yang disuruh oleh Jean.
“Lo kayak anak remaja yang lagi ngejar cewek idamannya. Buru-buru banget perginya.”
“Harus. Gue harus bisa memanfaatkan kesempatan yang ada biar Lia mau balik sama gue.”
“Bukannya kemarin lo bilang nggak akan gangguin Lia lagi. Kenapa sekarang jadi makin menggebu-gebu gini buat balik?”
“Jev, sebelum janur kuning melengkung, gue akan terus berusaha buat dapetin Lia lagi. Banyak hal yang berubah dan hilang setelah dia pergi dari hidup gue. Gue kira dengan kedatangan si kembar ke rumah buat nengokin gue udah cukup. Nyatanya belum, dan malah nggak bisa mengisi kekosongan yang Lia tinggalin. Gue butuh anak-anak gue, tapi sumpah demi alam semesta gue lebih butuh Lia di sisi gue. Gue udah nggak bisa ngeliat cewek lain lagi selain Lia.”
Itu adalah percakapan antara Nathan dan Jevin saat mereka baru saja keluar dari ruang pertemuan beberapa saat yang lalu. Perbincangan ringan selagi berjalan menuju tempat parkir.
Selama dua tahun terakhir kemarin, Nathan sempat maju tapi mundur lagi dalam hal mendekati Lia. Semangatnya kadang menggebu, tapi kadang surut ketika mengetahui Lia sering keluar bersama Haikal. Begitu terus, sampai kemarin Jean berhasil meyakinkannya bahwa ia harus terus berjuang sebelum Lia memutuskan apa-apa. Nathan punya dua pendukung dan baginya itu sudah cukup.
Tidak sampai puluhan menit, ia sampai di rumah orang tuanya. Mendadak, jantungnya malah berdegub dua kali lebih kencang dari biasanya. Seperti kata Jevin, ia layaknya anak remaja yang sedang berjuang mendapat perhatian perempuan yang disukai.
Senyumnya merekah saat melihat Lia ada di dapur bersama ibunya. Tapi ia buru-buru menormalkan raut wajahnya, bersikap biasa seolah tidak tahu apa-apa tentang kedatangan Lia.
“Bu..” panggilnya dan membuat kedua perempuan itu menoleh secara bersamaan. Nathan pura-pura terkejut saat melihat Lia, padahal aslinya ia sudah tahu. “Kamu ngapain di sini?”
“Kamu ngapain di sini?” pertanyaan yang siapa saja sudah tahu apa jawabannya, tapi Lia bertanya begitu karena ia juga mendadak gugup dan tidak tahu apa yang harus ia katakan.
“Ini, kan, rumah orang tua aku. Emangnya aku butuh alasan buat datang ke sini?”
Lia, sepertinya diam lebih baik untuk saat ini. Mendengar jawaban Nathan, ia langsung mengangguk pelan dan berbalik untuk melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda yaitu membuat adonan kue bersama mantan ibu mertuanya.
Sebenarnya, katakan saja Lia tidak punya alasan lagi untuk datang. Ia bisa tetap menjalin silaturrahmi melalui ponsel dengan mengirim pesan atau panggilan, bahkan video call. Tapi, wanita paruh baya itu terlalu baik padanya, bahkan sangat baik. Wanita itu selalu menanyakan kabarnya, menanyakan kabar cucu-cucunya. Kadang mengirimi Lia beberapa lauk-pauk buatannya, sayur segar, bahan masakan mentah dan banyak lagi. Itu sebabnya Lia merasa akan menjadi anak yang durhaka jika tidak mengunjungi mereka.
“Kamu ngapain di sini?” kini, giliran ibunya yang bertanya begitu pada Nathan. “Tumben banget datang lagi. Lauk-pauk kamu habis, atau bahan masakan yang ibu kasih habis?”
“Bu, aku ke sini bukannya mau minta lauk-pauk terus. Emangnya aku nggak boleh jengukin ibu sama ayah sesekali? Aku anak Ibu ya kalo Ibu lupa.”
“Kamu bukan anak Ibu. Anak Ibu cuma Lia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...