Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Di dekat tempat penginapan mereka, ada sebuah pasar tradisional yang menyediakan berbagai macam oleh-oleh untuk keluarga maupun orang terkasih. Hari ini, pasangan suami istri itu sedang berjalan-jalan santai. Tentu saja dengan bergandengan tangan, hal yang tidak pernah lupa dilakukan oleh Nathan akhir-akhir ini.
Mereka melihat-lihat berbagai macam oleh-oleh tradisional untuk dibawa pulang. Tapi, yang antusias memilih hanya Lia. Nathan hanya menemani dan mengangguk-anggukkan kepalanya ketika Lia meminta mendapat.
Perasaan yang benar-benar bahagia dari segala bahagia ia rasakan saat ini. Kehidupan pernikahannya yang semula tak pernah hidup, kini terasa hidup. Dulu, kamar yang biasanya menjadi tempat istirahat dan berbagi cerita pada pasangan malah menjadi tempat yang mati. Mereka hidup sendiri, seolah tidak saling mengenal. Hanya berinteraksi sekadarnya saja. Tapi sekarang, bahkan untuk menjauh seinci saja, Nathan tidak membiarkan Lia.
“Sayang, itu juga, ya? Lucu.”
“Iya, beli aja.”
“Tapi, yang ini juga bagus. Hm..”
“Ya udah, beli dua-duanya. Kenapa malah bingung.”
Lia tersenyum kecil. “Boleh, ya?”
“Iya.”
“Segini, ya?” Lia memperlihatkan kelima jarinya di depan Nathan. Menunjukkan bahwa ia ingin membeli lima, alih-alih dua.
“Iya, astaga.”
Setelahnya, Nathan merogoh saku celana dan mengeluarkan dompet lalu menyerahkannya pada Lia. Ia lebih dulu melipir ke sebuah cafe yang tak jauh dari lokasi.
Cafe itu mempunyai ruangan outdoor yang sangat memanjakan mata. View senja membentang indah diiringi dengan live music di sore hari.
Kalau kemarin, mereka belum sempat menjelajah tempat seperti ini karena langsung istirahat. Ya, istirahat. Hari kedua yaitu sekarang, mereka memilih menghabiskan waktu untuk jalan-jalan sembari melihat oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Lia menghampiri Nathan setelah selesai berbelanja. Ada dua paper bag besar penuh yang ia bawa dan itu tak luput dari perhatian Nathan. Barang apalagi yang ia beli padahal tadi hanya meminta lima saja. Tapi, Nathan tidak berkomentar apa-apa karena ia tidak akan marah. Apapun yang Lia beli, selama Lia senang, tidak apa-apa.
“Nat, uang jajan si kembar yang kamu kirim setiap bulan itu masih. Nggak pernah aku pakai buat apapun. Pure buat kebutuhan mereka aja.”
“Simpan aja, buat kamu.”
“Beneran?”
“Hm..” Nathan bergumam selagi menyeruput ice coffenya. “Emangnya kamu kasih mereka berapa kalo minta sampai masih gitu? Jangan bilang kamu nyuruh mereka hemat aja dan jangan boros.”
Lia memutar bola matanya malas. “Emang harus hemat juga dan jangan beli sesuatu yang nggak penting. Usahakan beli kalo emang butuh aja biar nggak sia-sia.”
“Pantes mereka sering minta lagi sama aku kalo aku antar sekolah kemarin. Jangan pelit-pelit sama mereka. Aku kerja buat mereka, buat kamu. Jadi, kalo minta kasih aja berapapun. Apalagi sekarang Jean udah punya pacar, pasti dia beli sesuatu juga kalo lagi jalan sama pacarnya. Dia cowok, jadi yang harus bayar dia. Jian juga, mungkin beli skincare kayak kamu.”
Lia hanya diam sambil menikmati minumannya. Ia tidak menimpali bahkan mendebat ucapan Nathan dan hanya diam mendengarkan Nathan yang mengomelinya.
“Oh ya, aku tetap kerja atau resign?” tanya Lia. Ia memang hendak menanyakan hal ini pada Nathan. Apapun yang diperintahkan oleh suaminya, maka ia akan menurutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...