Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Lia akhirnya memutuskan untuk menginap setelah melihat bagaimana kondisi Nathan. Ia tidak tega jika harus meninggalkan Nathan sendirian. Sebab tidak akan ada yang memperhatikannya selain dirinya.
Keadaan rumah sudah lebih baik. Ruang tengah yang semula berantakan karena bantal sofanya berserakan, sudah rapi. Kamar utama tempat Nathan kini sudah lebih baik dari pada saat pertama Lia masuk. Baju kotor menumpuk di keranjang. Meja riasnya yang masih ada di ruangan berantakan karena Nathan meletakkan parfum dan segala macamnya di sana. Lemari pakaian? Aduh, jangan ditanya. Lia akan merapikannya saat pagi menjelang.
Kondisi Nathan sudah lebih baik dari sebelumnya. Tubuhnya tidak sekaku sebelumnya walaupun lebamnya masih nyeri. Ia sudah bisa mengangkat tangannya dengan leluasa. Bahkan bisa berjalan ke kamar mandi tanpa bantuan Lia. Sebab, Lia sedang terlelap di sampingnya.
Sekembalinya dari kamar mandi, Nathan tidak langsung beranjak tidur lagi. Ia berdiri di pinggir ranjang sambil memperhatikan wajah damai Lia yang sedang terlelap. Cantik, selalu cantik, pikirnya. Dengan pelan, ia menarik selimut untuk Lia dan berjalan keluar dari kamar. Jam menunjukkan pukul dua pagi tapi ia masih terjaga karena sebelumnya sudah tidur.
Nathan mengambil kaleng minuman di kulkas dan duduk di kursi makan, di dapur. Ia tidak menyalakan lampu dan duduk sendiri dalam kegelapan. Ditemani sebungkus rokok.
Hari ini, Nathan senang. Bahkan sangat bahagia saat Lia datang untuk mengurusnya karena khawatir. Tapi, Nathan takut jika esok hari datang. Bisa saja Lia akan pergi darinya. Itu sebabnya, ia sangat membatasi ucapan dan tindakannya. Sebab, ia masih bingung dengan perempuan itu. Bingung dengan segala sikap yang Lia tunjukkan.
“Kenapa bangun?”
Nathan tersentak kaget saat suara Lia tiba-tiba terdengar di tengah lamunannya. Ia sampai memegangi dadanya karena benar-benar terkejut. Di tengah kegelapan dan heningnya malam, Lia tiba-tiba bersuara. Siapa saja mungkin akan terlonjak kaget.
“Aku tadi ke kamar mandi dan nggak bisa tidur lagi. Makanya ke sini buat minum.”
Lia membuka kulkas dan mengambil satu minuman kaleng. Ia pun beranjak duduk di depan Nathan setelah meneguk minumannya. Lampu memang tidak dinyalakan, tapi sinar lampu dari halaman depan sedikit menyinari. Sehingga mereka masih bisa melihat satu sama lain.
“Matiin rokokmu.”
“Aku baru aja..”
“Matiin.”
“Iya.”
Serius, Nathan baru saja membakar satu rokok. Bahkan setengahnya saja belum habis. Tapi, karena Lia yang meminta, tidak apa-apa. Ia akan menurut.
“Oh ya, selagi aku ingat.. Aku rencananya mau pindah ke rumah orang tua. Soalnya di sini sepi dan rumah ini terlalu besar buat aku pakai sendirian. Jadi, setelah aku pikir, aku mau pindah aja. Supaya bisa temenin mereka juga di hari tuanya. Terus, kamu sama anak-anak pindah ke sini. Kalian bertiga tinggal di sini. Soalnya aku kasian sama anak-anak. Jean mungkin butuh kamar yang lebih besar. Jian juga butuh kamarnya sendiri karena sekarang dia udah dewasa dan mungkin mau privasi sendiri.”
“Gimana nanti kalo kamu mau nikah lagi? Emangnya kamu mau ngajak istri kamu tinggal di mana?”
Nathan menggeleng pelan. “Aku nggak akan nikah lagi, Celia. Perasaan dari kemarin-kemarin kamu terus bahas nikah lagi, nikah lagi. Sekarang aku pertegas lagi sama kamu, kalo aku nggak akan nikah lagi. Udah, ya?”

KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...