7. Bersaing Secara Sehat

456 95 14
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Sejak semalam, sebenarnya Jean tidak bisa tenang karena belum tahu akar permasalahan antara Jian dan Raka. Jian juga tidak jadi menceritakan apa yang terjadi sebab Jian langsung tidur.

Dan sekarang, Jean sudah berada di atap bersama Raka tanpa sepengetahuan Jian. Kalau Jian tahu maka bisa dipastikan ia akan menahan Jean dan tidak membiarkan mereka bertemu.

“Kalo cowok lain, tanpa perlu nanya yang sebenarnya terjadi, pasti udah gue gebukin. Apalagi Jian nangis sampe segitunya. Matanya bengkak, hidung mampet, sesegukan lagi sampe napasnya putus-putus.” Jean berujar pelan sambil menendang beberapa kerikil kecil yang ada di dekat kakinya.

Nada bicara Jean terdengar dingin. Tidak ada lagi candaan di raut wajahnya, tidak ada lagi tawa yang selalu terdengar jika ia berbicara dengan Raka. Ia kini benar-benar serius sebab Raka pernah mengatakan bahwa ia tidak akan pernah membuat Jian bersedih apalagi menangis. Nyatanya, hal itu kini berbanding terbalik.

“Dulu, lo sesuka itu sama Ara. Lo bahkan tiap hari cerita sama gue kalo Ara cantik, kalo Ara bener-bener anggun, Ara tipe cewek lo. Tapi, kenyataannya dulu Ara punya pacar makanya lo mundur perlahan sebelum mulai. Sekarang, perasaan lo buat Ara udah nggak ada lagi. Lo bahkan biasa aja waktu papasan sama dia..” Raka menjeda kalimatnya. Tapi dari kalimat itu, Jean sudah paham. “Begitu pun gue, Je. Ada saatnya gue pengen mundur karena Jian bener-bener nggak mau sama gue. Banyak hal yang udah gue lakuin, tapi tetep aja Jian nolak kalo gue ajak pacaran. Alasannya konyol, dia takut hubungan kita jadi canggung kalo misalnya nanti kita putus. Padahal belum dicoba, kenapa malah mikirin putus.”

Bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu, tapi dua anak itu masih belum bergerak dari tempatnya. Masih sama-sama menatap lurus ke depan padahal berdiri sejajar.

“Makanya kemarin gue bilang sama dia kalo sekarang dia nolak gue lagi, mungkin gue akan mundur dan nggak akan berjuang lagi buat dia. Udah cukup lah dari SMP sampe sekarang cinta gue bertepuk sebelah tangan. Gue juga mau cari pacar, mau cari cewek lain yang bisa nerima gue,” sambung Raka lagi.

Mendengar penuturan Raka, Jean paham. Sekarang ia percaya dengan ucapan Jian yang mengatakan bahwa dirinya salah, bukan Raka. Ia juga tak bisa berbuat apa-apa kalau masalahnya seperti ini. Karena biar bagaimana pun, perasaan tidak akan pernah dipaksakan. Konsep yang sudah sangat ia hapal mati.

Jean menghela napas berat dan berbalik, urusannya dengan Raka sudah selesai. Penjelasan yang ingin ia dengar, sudah dikatakan oleh Raka. Ia pun tidak tahu harus menyalahkan siapa. Jian dengan keras kepalanya dan Raka yang sudah lelah.

“Lo pergi gitu aja?”

“Kalo gue berbalik lagi, gue bisa aja mukulin lo.”

Lalu tanpa menoleh, Jean lebih dulu turun dari atap. Ia langsung menuju kelas setelah pembicaraannya dengan Raka selesai. Mungkin hubungan mereka akan agak canggung nantinya. Tapi masalah itu dipikir nanti saja ketika mereka sudah lebih tenang.

Ia sempat berpapasan dengan Ara yang sepertinya baru saja keluar dari kamar mandi. Ara menunduk dan mengabaikan Jean karena rasa malunya masih membekas. Mengingat bagaimana Jean menolaknya kemarin membuatnya sakit hati.

“Kamu pulang dengan selamat kemarin?” Jean menahan tangan Ara yang hendak melewatinya.

Tanpa menjawab, Ara menarik paksa tangannya dan berlalu begitu saja. Sedangkan Jean mengusap wajahnya frustasi. Terlalu banyak hal yang ia pikiran saat ini sampai kepalanya jadi pening.

*

Jevin meraih gelas kopinya yang tersisa setengah gelas, lalu meneguknya sampai habis. Begitupun dengan Nathan, ia menyeruput habis kopinya. Mereka masih belum bicara sejak beberapa saat yang lalu dan memilih duduk berdampingan sambil menikmati view dari arah jendela sebuah cafe dekat kantor.

BE MINE, again? [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang