Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Terhitung dua jam sudah Nathan bangun dan tidak bergerak sama sekali selagi menatap wajah damai Lia yang masih terlelap di sampingnya. Ia bahkan menyentuh tangan Lia, menyentuh pipi Lia, hanya untuk memastikan bahwa semuanya memang nyata dan bukan mimpi atau semacam halusinasi karena ia kecelakaan kemarin.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi tapi belum ada tanda-tanda Lia akan membuka mata. Mungkin terlalu ngantuk karena semalam mereka tidur sekitar jam empat pagi. Panggilan dari ponselnya pun tak ia dengar sama sekali dan berakhir Nathan yang menerima. Itu adalah panggilan dari Jian, yang mengabari bahwa mereka sudah berangkat sekolah dan sudah sarapan dengan roti selai serta susu hangat.
Tak lama, Lia bergerak dan perlahan membuka matanya. Wajah Nathan langsung menyambutnya. “Kapan bangun?”
“Dua jam yang lalu. Aku nggak bisa tidur dengan nyenyak karena mikir kalo aku bangun, kamu akan pergi. Aku takut yang semalem cuma mimpi atau halusinasiku. Jadi, aku lebih baik cepet bangun dan liatin kamu supaya kamu nggak pergi.”
Lia terkekeh, ia semakin meringkuk di samping Nathan karena udara dingin berembus dari ventilasi kamar. Di luar sedang hujan, yang membuat siapa saja akan malas untuk bangun pagi dan beranjak dari ranjang.
“Aku nggak akan pergi. Yang kemarin maupun semalam itu nyata. Kamu nggak mimpi, kamu nggak halusinasi. Aku emang di sini.”
“Iya, sayang.” Nathan menarik selimut untuk mereka dan mengecup kening Lia. “Tadi Jian telepon, katanya udah berangkat sekolah. Mereka juga udah sarapan pakai roti selai sama susu hangat.”
“Hm, iya.”
“Sayang, gimana kalo semalem jawabanku pernah sex sama Elena?”
“Aku nggak akan mau rujuk sama kamu sampai kapanpun. Aku nggak mau berbagi sama orang lain. Sebenernya itu yang paling menentukan keputusanku semalam. Karena aku bener-bener nggak mau berbagi sama orang lain.” Lia menjawab dengan suara seraknya. “Tapi, kamu jujur, kan?”
“Nanti aku temenin kamu ketemu sama dia dan tanya tentang hal itu. Tanyain juga sama suaminya, gimana malam pertama mereka. Elena masih perawan atau nggak.”
“Astaga, segitunya!” Lia berdecak pelan dan mencubit lengan kiri Nathan tanpa sadar. Sehingga Nathan meringis karena terasa nyeri. Ia tidak peduli dan menyingkap selimutnya kemudian turun dari ranjang. “Bangun, mandi sana kalo udah bisa gerak sendiri. Kamu bau, dari kemarin nggak mandi. Aku mau ke mini market depan beli bahan masakan habis itu aku mau bersih-bersih.”
“Kamu nggak ke kantor?”
“Udah izin semalem. Nggak tega kalo mau ninggalin kamu yang lagi kesakitan gini.”
Senyum Nathan merekah kemudian ia beranjak ke kamar mandi. Walaupun tubuhnya masih terasa nyeri, tapi tidak apa-apa. Lia sudah kembali padanya dan itu langsung menghilangkan rasa sakitnya.
Selesai mandi, Nathan buru-buru keluar dari kamar untuk memastikan Lia masih ada. Sungguh, rasanya masih seperti mimpi. Ternyata, Lia sedang menyiapkan sarapan seadanya karena minimnya bahan masakan. Ia hanya membeli beberapa tadi di mini market.
“Aku beneran takut kamu pergi diem-diem. Aku kira kamu nggak akan kembali dari mini market.” Nathan langsung memeluk Lia dan mengecupi pipinya.
“Aku nggak akan pergi, astaga.” Lia berdecak pelan sambil mendorong tubuh Nathan supaya menjauh karena ia harus memasak. “Itu dompetmu. Tadi aku ambil uang buat beli bahan masakan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...