Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
“Bisa nggak kalian jangan main hp kalau mau makan gini? Emangnya tadi nggak puas ketemu sama pacar masing-masing sampai-sampai masih aja ngirim chat padahal waktunya makan malem?”
Si kembar kompak meletakkan ponsel masing-masing setelah mendapat teguran dari Nathan. Hal itu membuat Lia mengulas senyum tipis karena melihat bagaimana patuhnya mereka sekarang pada ayah.
“Kalian mau punya adik,” celetuk Nathan ketika kini mereka sedang makan malam. “Mama tadi ngecek dan hasilnya positif. Mama hamil adik bayi.”
Lia memperhatikan raut wajah kedua anaknya. Bagaimanakah reaksi mereka saat Nathan memberitahu berita bahagia ini. Dan reaksi mereka terlihat ikut bahagia.
“Semoga adik bayinya cewek. Biar nggak keras kepala dan nakal kayak Jean. Aku juga bisa main sama dia nanti.” Jian memeletkan lidahnya pada Jean.
“Mama juga maunya yang cewek. Udah pusing banget ngadepin dua cowok ini. Jangan lagi deh ada cowok yang kayak mereka,” timpal Lia.
Nathan dan Jean kompak saling tatap dalam diam ketika mendengar ucapan Lia. Mereka berdua saling menertawakan satu sama lain.
“Kita keren padahal. Kalau nanti anak kita cowok, bakal keren sih kayak aku sama Jean.” Nathan mengucapkannya dengan bangga. Jean juga langsung mengangguk untuk menyetujui ucapan ayahnya.
“Jangan USG, Ma. Biar kita semua penasaran gimana kelaminnya adik bayi sampai dia lahir nanti. Kalau periksa kandungan, sekadar periksa aja. Jangan periksa kelaminnya biar kita tebak-tebakan aja.” Jian memberi saran sambil terkekeh.
Suasana rumah benar-benar terasa hidup. Nathan bahkan tidak bisa dan tidak akan mau membayangkan bagaimana sepi hidupnya jika saja Lia tidak mau kembali padanya sampai akhir.
Tubuhnya memang terasa remuk saat kecelakaan kemarin. Tapi Nathan bersyukur karena kecelakaan itu, Lia peduli dan akhirnya mau kembali. Apalagi sekarang keluarga mereka akan kedatangan satu anggota baru.
“Ma, nanti kalau aku lulus SMA, gimana?” tanya Jean. Satu topik yang ia belum tahu apa jawabannya. Ia belum menentukan pilihannya.
“Terserah kamu, nak. Kamu maunya gimana?” Nathan yang menimpali. “Kalau mau kuliah, silahkan. Kalau mau daftar polisi atau tentara dan sejenisnya, silahkan. Ikuti kata hati kamu. Ayah sama mama akan selalu dukung. Jangan khawatirin apa-apa, semuanya udah Ayah siapin buat kamu sama Jian.”
“Aku kuliah, Ayah.” Jian menjawab mantap. Karena memang ia ingin melanjutkan studynya terlebih dulu. Lalu, Nathan langsung mengangguk menyetujui.
Jean menghela napas pelan. “Aku pernah ngomong sama Raka, dia ngajak buat daftar tentara dan aku bilang mau pikirin dulu. Kalau kuliah kayaknya bakal jadi opsi cadangan soalnya aku udah pusing sama pelajaran.”
“Ya udah, bagus. Intinya Ayah nggak mau kamu berhenti di SMA. Kamu laki-laki Jeandra, kamu akan jadi kepala keluarga.”
“Iya, Ayah.”
Percakapan itu semakin membuat Lia sadar kalau anak-anaknya sudah dewasa. Sebentar lagi lulus SMA dan akan menempuh jenjang kehidupan selanjutnya.
Lia bersyukur karena kini ia bisa merasakan hidup bahagia dalam hubungan rumah tangga yang sesungguhnya. Setelah sebelumnya ia tidak tahu apa itu bahagia. Yang ia tahu hanya penderitaan tiada akhir.
Sekarang, Tuhan memberikan mereka kesempatan untuk saling memperbaiki dan saling menyayangi. Membangun rumah tangga harmonis bersama anak-anak dan kehadiran satu anggota baru yang masih ada dalam perut Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...