Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Jevin itu, walaupun kadang menggerutu kesal saat direpotkan oleh Nathan. Tapi saat melihat temannya itu dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, ia jadi kasihan. Seperti sekarang ini, kondisi Nathan benar-benar memprihatinkan. Mata sayu, demam, flu, lemah, tapi malah memaksakan diri untuk datang ke kantor dengan alasan Nathan bosan di rumah. Toh, tidak akan ada yang mengurusnya. Jadi, lebih baik beraktifitas supaya cepat sembuh.
“Lo nggak penasaran apa jawaban Lia?”
“Nggak, kondisi lo udah ngejawab semua rasa penasaran gue.”
Nathan tersenyum tipis. “Semalem gue ke pemakaman mertua gue. Soalnya sejak cerai dari Lia, gue belum bisa ke sana. Jadi, semalem waktu Lia bilang nggak mau rujuk. Gue mutusin buat ke pemakaman dan minta maaf sama mereka.”
“Jadi, ini akhirnya?”
“Iya, udah berakhir. Oh ya, nanti apapun yang terjadi sama gue. Jangan pernah cerita sama Yesi. Soalnya kalo lo cerita sama dia, otomatis dia akan ngasih tahu Lia dan gue nggak mau itu terjadi. Gue udah janji nggak akan bikin Lia khawatir lagi.”
Jevin hanya geleng-geleng kepala mendengar penuturan Nathan. Padahal kemarin laki-laki itu sangat antusias dan menggebu-gebu untuk kembali mendekati Lia. Sayangnya, usahanya gagal. Lia tetap tidak mau rujuk.
Nathan menyeruput kopi hangatnya dan menatap ke luar jendela. Memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang bersama pacar, suami, anak-anak, dan keluarga mereka. Jika saja dulu ia tidak.. Ah, sudahlah. Nathan enggan bernostalgia dan memilih menghabiskan sisa kopinya.
“Nikah aja lagi sama cewek lain. Biar ada yang ngurusin lo ke depannya,” sahut Jevin. Ia ingin menggoda Nathan saja.
Tapi, Nathan langsung menggeleng. “Gue berkali-kali bilang sama lo, kalo gue udah nggak tertarik memulai hubungan lagi. Ribet, Jev. Belum lagi proses kenalan segala macem, males. Nggak apa-apa lah gue hidup sendiri walaupun menderita dan menyedihkan.” Nathan terkekeh.
“Wait, cincin lo?”
Nathan menatap jarinya, tidak ada lagi cincin yang tersemat di sana. “Gue coba lepasin. Kosong sih rasanya, tapi mau gimana lagi. Gue harus terbiasa sama semua ini mulai sekarang. Kalo kemarin-kemarin, Lia masih ngasih perhatian ke gue. Walaupun lewat anak-anak juga. Tapi sekarang, jangankan perhatian, denger kabar gue aja dia udah nggak mau.”
“Menyedihkan.”
Sementara itu, di lain tempat yaitu kantor Lia. Sepertinya tidak ada hal yang terlalu berubah dalam hidupnya walaupun sudah memberikan Nathan jawaban bahwa ia tidak mau rujuk lagi. Lia tetap beraktifitas sebagaimana biasanya. Berangkat ke kantor setelah mengantar si kembar sekolah. Melakukan kegiatannya tanpa memikirkan apa-apa lagi. Oh bukan, sebenarnya Lia masih mencoba melakukan kegiatannya tanpa memikirkan hidup Nathan.
Alasan terbesar ia menolak memang karena masih ada sedikit rasa takut dalam dirinya. Takut jika nanti ia kembali, Nathan akan mengulangi kesalahan yang sama. Lalu, rumah tangganya kembali gagal.
Lia bukannya egois dan tidak mempedulikan anak-anaknya yang masih ingin mereka kembali bersama. Tapi ia juga butuh menghirup udara segar setelah sebelumnya terkurung dalam ruangan ventilasi. Lagi pula, ia tak pernah melarang anak-anaknya jika ingin bertemu Nathan. Mereka bebas, tidak ada istilah hak asuh jatuh ke tangan siapa. Ingin menginap di rumah ayah saja, Lia izinkan.
“Jadi, keputusan lo tetep nggak mau balik sama Nathan?” tanya Yesi saat mereka kini sedang berada di cafetaria kantor.
Lia mengangguk pelan. “Mungkin lo sama Jevin juga berharap gue bisa balik. Tapi Yes, lo nggak ada di posisi gue dan nggak ngerasain apa yang gue rasain saat masih sama Nathan. Jadi, ini keputusan gue setelah semuanya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...