14. Kencan Dadakan Anak Remaja

381 90 15
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Jian sedang mencoba untuk menjauh dari Raka. Tapi keadaan seolah berbanding terbalik dengan keinginannya. Ada saja momen, di mana ia harus terjebak bersama laki-laki itu. Seperti sekarang ini, saat ia harus dipaksa oleh Yesi untuk ikut ke rumah mereka. Katanya, Yesi membuat beberapa olahan kue dan Jian harus jadi yang pertama untuk mencicipinya. Alasan yang konyol, kan?

Di sekolah, Raka tidak lagi terlihat mengunjungi Gia dan itu membuat Jian bertanya-tanya. Tapi ia tak sampai bertanya pada Raka apa yang terjadi. Sebab ia masih mempertahankan egonya yang tidak mau bicara dengan Raka. Walaupun kadang Jean memaksanya untuk ikut makan bersama, Jian selalu menolak dan memilih makan bersama teman-temannya.

Raka juga masih mempertahankan sikap cuek dan tidak pedulinya pada Jian. Masing-masing saling memperlihatkan ego dan berlagak tidak saling membutuhkan. Nyatanya, baik Raka maupun Jian sering merindukan satu sama lain. Raka bahkan masih menyimpan ribuan foto-foto Jian dan dirinya. Mulai dari foto cantik hingga jelek yang mereka ambil saat bersama.

“Raka, jangan diem di kamar. Ganti baju terus balik sini, temenin Jian. Awas kalo sampe kamu pura-pura tidur. Mama seret kamu,” tukas Yesi, supporter nomor satu antara Raka dan Jian.

“Dia udah gede, kenapa harus ditemenin. Lagian yang ngajak dia ke sini, kan, Mama bukan aku. Jadi, yang harus temenin dia, ya Mama dan bukan aku. Aku capek, mau istirahat.” Raka mengelak, ia mengatakannya sambil melihat wajah jengkel Jian.

“Aku pulang aja, Tante. Nggak nyaman kalo tuan rumahnya kayak gini. Kuenya aku cicip kapan-kapan aja, ya. Maaf.” Jian yang sudah muak dengan sikap Raka akhirnya memilih pulang padahal baru saja sampai. Ia meraih tas ranselnya dan hendak berjalan tapi Yesi buru-buru menahan tangannya.

Yesi berdecak sebal dan menatap Raka yang sama sekali tak menunjukkan reaksi apa-apa. “Antar Jian pulang. Kalo kamu nolak lagi, kali ini Mama bener-bener marah dan nggak mau lagi ngurus kamu.”

Raka tidak jadi ke kamarnya, ia juga belum sempat mengganti pakaian sekolahnya. Dengan wajah malas, ia meraih kunci motor yang ada di atas meja dekat televisi kemudian berjalan lebih dulu ke luar.

“Maaf, ya. Anak Tante ngeselin banget akhir-akhir ini. Padahal tujuan Tante ngajak kamu ke sini supaya hubungan kalian baik lagi. Tapi kayaknya nggak bisa, ya.” Yesi memeluk Jian sejenak. “Hati-hati, ya.”

“Iya, Tante.”

Raka sudah siap di atas motor saat Jian akhirnya keluar. Jian mendekat tapi masih berdiri dengan kaku di samping motor. “Antar sampe depan gang aja, gue bisa pulang sendiri.”

“Perasaan Om Nathan sama Tante Celia nggak begitu keras kepala. Heran gue, ego lo tinggi banget karena terus-terusan ngehindar dari gue.” Raka menggeleng-gelengkan kepalanya dan memasangkan helm pada Jian. “Naik, jangan banyak omong dan diem aja.”

Kesal, Jian memilih menghentakkan kakinya dan mengembuskan napas kasar sambil memicingkan matanya pada Raka. Diam-diam, Yesi memperhatikan tingkah kedua anak remaja itu sambil menyunggingkan senyum kecil.

Masih dengan egonya, Jian memilih meletakkan kedua tangannya di atas paha, alih-alih memegang pinggang Raka untuk berpegangan. Dengan pelan, Raka meraih tangan Jian dan meletakkannya di pinggangnya.

“Pegang sini, jangan gengsi. Nanti kalo lo kenapa-kenapa, Jean bisa bunuh gue.”

“Modus.”

“Terserah.”

Diam-diam, Raka menyunggingkan senyum tipis saat melihat wajah kesal Jian dari kaca spion motor. Ia melajukan motornya dengan kecepatan pelan. Kalau ngebut dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka ia harus bersiap kehilangan nyawa ditangan Jean.

BE MINE, again? [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang