23. Kecelakaan

480 94 8
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Lia menatap pusara orang tuanya secara bergantian dengan air mata yang menetes sejak ia datang tadi. Tidak ada kalimat walaupun sudah berlalu tiga puluh menit. Lia hanya diam sambil memanjatkan doa dalam hati untuk mereka.

Mendengar Nathan mengunjungi pemakaman orang tuanya, membuat Lia merasa senang. Sebab sebelumnya, Nathan jarang bahkan mungkin tidak pernah mengunjungi mereka sejak ayah Lia meninggal dulu.

Jika Lia merasa dunianya sedang tidak baik-baik saja, maka ia akan mengunjungi orang tuanya. Ia juga bisa duduk berjam-jam lamanya tanpa bicara. Hanya dengan melihat pusara mereka saja, hati Lia sudah merasa tenang.

Jika dipikir-pikir, Lia benar-benar hidup seorang diri di dunia yang keras ini. Siapapun, pasti membutuhkan seseorang untuk menjadi sandaran. Terutama orang tua, dan yang paling utama adalah sosok ibu. Setelah kepergian mereka, Nathan yang ia harapkan akan sadar dan berubah menjadi lebih baik, dan yang ia harapkan menjadi sandaran ternyata banyak menyakitinya. Jadi, Lia benar-benar merasa sendirian. Walaupun ada si kembar, tapi mereka masih anak-anak. Mereka hanya bisa membuat Lia kuat setiap hari. Tapi kadang, Lia ingin membagi kesehariannya.

Ibu mertuanya memang bilang, kalau ia butuh apa-apa, ia bisa datang ke rumah kapan saja. Tapi, rasanya tetap saja berbeda. Ibu mertua dan ibu kandung. Jadi, Lia tidak pernah menujukkan kesedihan di depan ibu mertuanya. Lia tidak mau wanita paruh baya itu khawatir.

“Bu, ada banyak hal yang mau aku ceritain sama Ibu. Tentang keseharianku, tentang cucu-cucu Ibu yang mulai tumbuh dewasa, tentang kesedihanku, tentang hal yang bikin aku seneng. Banyak pokoknya. Tapi kenapa dulu Ibu pergi cepet banget,” suara Lia bergetar.

“Ayah, kemarin Nathan dateng ke sini, ya? Ayah, kalo Nathan minta maaf, aku harap Ayah maafin. Semua orang pasti punya salah dan khilaf..” lanjutnya sambil mengusap setitik air mata yang menetes. “Apa yang dia perbuat dulu emang salah. Tapi seenggaknya sekarang, dia udah sadar kalo itu salah. Jadi, aku harap Ayah bisa maafin. Anak-anak juga sayang banget sama dia. Biar bagaimana pun juga, Nathan ayah mereka.”

Tanpa sadar, Lia sudah berada di sini selama kurang lebih tiga jam. Jika ia datang, itu artinya dunianya sedang tidak baik-baik saja. Karena memang lima bulan setelah ia menjawab tidak ingin rujuk, bukannya hidup tenang, ia malah banyak khawatir.

Jika tidak memikirkan si kembar, rasanya Lia ingin duduk diam sampai malam. Menemani orang tuanya dan menumpahkan keluh kesahnya pada mereka. Tapi, ia masih ingat anak-anak dan ia harus pulang.

*

“Nat, lo bayar dulu. Duit lo banyak karena nggak dipakai buat apa-apa. Duit gue abis dipakai Yesi buat shopping.”

“Alasan basi. Yesi juga punya gaji sendiri, ya. Kalo mau dibayarin, tinggal bilang aja. Banyak alasan lo.”

Nathan merogoh sakunya dan mengeluarkan dompet. Kemudian membayar makan siang mereka yang telat. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore dan mereka baru saja selesai makan siang. Karena sebelumnya ada pekerjaan mendesak yang tidak bisa ditinggalkan.

Padahal cafetaria di kantor ada, tapi mereka bilang bosan kalau makan makanan cafetaria terus-menerus. Lauk-pauknya hampir sama setiap hari. Jadi, mereka keluar mencari makan menggunakan motor dinas kantor.

“Jev, lo depan. Gue tadi udah bayar, sekarang lo yang bawa motor.”

“Beli ice americano bentar, ya.”

Jevin menyalakan mesin motornya dan mulai menjalankannya dengan kecepatan pelan. Berniat membeli ice americano sebelum kembali ke kantor. Naas, mereka malah mengalami kecelakaan saat ini.

BE MINE, again? [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang