29. Akad

625 106 12
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat ayah dan mamanya kini saling mengucap janji satu sama lain di hadapan Tuhan dengan tulus. Bahkan, Jian sampai sesegukan karena merasa terharu. Ia tidak henti-hentinya menitikkan air mata dan menangis tersedu walaupun makeupnya hendak luntur. Tidak peduli wajahnya akan terlihat jelek kalau menangis di depan Raka. Sebab ia tahu Raka tidak keberatan dengan hal itu.

Sedangkan Jean terbilang tenang. Tapi, Ara dapat merasakan genggaman tangan Jean semakin erat pada tangannya. Mungkin Jean juga merasakan emosi yang meluap, hanya saja ia tahan dan tidak menunjukkannya secara langsung.

“Kamu sadar nggak, kamu terlalu kuat genggam tanganku. Sakit, Je.” Ara berbisik pelan yang langsung membuat Jean tersadar dan terkekeh pelan. “Kalo mau nangis, nangis aja. Kenapa malah ditahan. Jagoan nggak selamanya harus terlihat kuat.”

“Maaf, ya. Aku nggak sadar karena terlalu seneng liat ayah sama mama.” Jean beralih mengelus punggung tangan Ara dan mengecupnya pelan.

Orang tua Nathan terutama ibu, menyaksikannya dengan penuh haru. Melihat bagaimana rumah tangga mereka kembali utuh. Sebuah harapan dari orang tua manapun, yaitu melihat anaknya bahagia.

Pun dengan orang tua Lia, mereka mungkin sedang tersenyum di atas sana. Menyaksikan puteri kesayangan mereka akhirnya bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Kini, mereka bisa beristirahat dengan tenang setelah melihat Nathan kembali mengulang sumpahnya di hadapan Tuhan untuk terus bersama Lia dan menjaga Lia sampai maut memisahkan.

Jangan lupakan keluarga Jevin. Mereka juga ikut merasakan bahagia ketika melihat sahabat mereka akhirnya bersatu kembali dalam sebuah rumah tangga yang bahagia. Yesi menangis, karena selama ini ia paham bagaimana perasaan Lia ketika dulu diperlakukan tidak adil oleh Nathan. Kalau Jevin, ia berdoa dan berharap temannya itu tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Seperti keinginan Lia, tidak ada orang lain selain orang tua Nathan, Jevin dan Yesi, Raka dan Jian, serta Jean yang membawa Ara. Acara bahkan hanya sebentar karena tidak ada hal lainnya yang dilakukan selain mengucap janji. Lia hanya butuh itu.

“Jian, sayang. Kamu dari tadi nangis terus, astaga. Nggak malu apa diliatin sama Raka.” Lia memeluk puteri kesayangannya itu sambil mengusap pelan punggungnya.

“Nggak apa-apa, Tante. Dia tidur terus air liurnya netes aja, aku masih tetap suka,” sahut Raka yang membuat mereka tertawa.

Kalau Raka, ia sudah terbiasa bersama keluarga Jian. Sebab orang tua mereka berteman. Beda lagi dengan Ara, yang baru saja mengenal mereka. Apalagi ini pertama kalinya ia dibawa oleh Jean untuk bertemu dengan mereka. Jadi, Ara masih gugup dan hanya diam di samping Jean.

“Ini, ya, yang namanya Ara?” sapa Lia dan mendekat ke arah Ara. Ia melihat bagaimana gadis itu hanya diam saja di samping Jean.

Ara tersenyum. “Iya, Tante.”

“Cantiknya, pantes Jean suka.”

Ara tersenyum kikuk dan mencubit pelan pinggang Jean sebagai reaksi tak terduga. Ia salah tingkah dan bingung mau menanggapi ucapan Lia. Alhasil, pinggang Jean jadi korban kesaltingan Ara. Jean menoleh dan menertawakan kekasihnya itu karena salah tingkah saat dipuji cantik oleh mamanya.

Walaupun Jean tidak pernah secara terang-terangan bercerita tentang kisah asmaranya dengan Ara. Tapi Jian yang diam-diam sering bergosip dengan Lia pada malam hari saat mereka akan tidur. Jian banyak memberitahu Lia tentang kesehariannya, tentang sekolah, dan mereka berakhir menggosipi Jean.

BE MINE, again? [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang