5. Masalah Remaja

433 89 5
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Misi Jean untuk membuat ayahnya punya kesempatan untuk dekat dengan mamanya lagi hari ini sudah kesampaian. Buktinya tadi, saat ayah menelepon, ia juga mendengar suara mama. Itu artinya, orang tuanya sedang bersama. Ia tersenyum senang dan menjejalkan kembali ponselnya ke dalam saku.

Padahal ia sedang berada di jalan saat menerima panggilan dari ayah. Tapi ia mengaku sedang di rumah teman supaya orang tuanya tidak terburu-buru untuk pulang.

Saat melewati mini market, Jean mampir untuk membeli cola. Ketika hendak membuka pintu kulkas, ia dikejutkan oleh sentuhan tangan pada pundaknya.

“Hai, Je..” sapa Ara, dengan senyum merekah. “Aku kira tadi bukan kamu, makanya belum mau nyapa. Ternyata setelah aku perhatiin, emang beneran kamu.”

Sekali lagi, Jean membuktikan bahwa perasaannya untuk Ara sudah menghilang sepenuhnya. Sebab ketika Ara menyentuh punggungnya, ketika Ara menyapa dan tersenyum padanya. Jean tidak merasakan apa-apa. Jantungnya baik-baik saja. Sangat berbeda ketika mereka masih SMP dulu. Hanya dengan menatap Ara dari kejauhan saja, jantung Jean sudah berdebar. Sekarang, debaran itu sudah hilang.

Tapi, bukan berarti Jean akan bersikap dingin pada Ara setelah semuanya. Ia tetap membalas senyuman Ara.

“Kamu mau beli apa?” tanya Ara karena ucapannya belum dijawab oleh Jean.

“Mau beli cola.”

“Jean, kalo kamu nggak buru-buru. Gimana kalo kita duduk di depan sambil ngomong. Aku mau nanya sesuatu juga sama kamu.”

Jean mengangguk dan mengikuti Ara untuk duduk di kursi yang disediakan oleh mini market di teras depan. Tentu saja setelah mereka membayar belanjaannya.

Untuk memulai percakapan lebih dulu, Jean tidak berniat. Sebab yang mengajaknya bicara duluan adalah Ara. Ia tidak ingin bersikap dingin tapi tingkahnya saat ini yang terus diam membuat siapa saja akan beranggapan bahwa ia terlihat dingin.

“Kamu lagi deket sama Fio, ya?”

“Fiola? Iya, deket tapi bukan pacar. Cuma sekadar deket sebagai temen aja.”

“Aku kira kalian pacaran soalnya kalian sering ke kantin bareng, sering main bareng juga. Sampe aku nggak enak kalo mau nyapa kamu di sekolah.”

Jean tidak menimpali, ia memilih meneguk colanya lagi sampai habis dan melemparnya ke dalam tong sampah. Ia tidak tahu inti dari pertanyaan Ara, tapi baginya sekarang Ara sedang membuang-buang waktunya. Entah apa maksud dan tujuan Ara mengajaknya bicara, yang pasti satu, ia tidak berniat menjalin hubungan dengan Ara. Perasaannya benar-benar memudar.

“Jean, aku..”

“Aku pulang dulu, ya.” Jean memotong kalimat yang akan diucapkan oleh Ara. “Kamu hati-hati pulangnya. Ini udah malem, nanti ada yang iseng di jalan.”

Dari gelagatnya, Jean tahu bahwa Ara mungkin saja menyukainya. Bukan besar kepala, tapi Jean tahu dari tingkah laku Ara jika berada di sekitarnya. Ara seperti terus mencari perhatiannya dan berusaha mendapatkan perhatiannya.

Ketika hendak berdiri, Ara menahan tangan Jean. “Dulu kamu sering nyapa aku, sering senyum, bahkan kamu sering kasih aku kedipan mata. Sekarang kenapa sikap kamu berubah? Udah nggak kayak dulu lagi. Sekarang kamu jadi lebih cuek.”

“Dulu aku suka sama kamu.”

“Terus sekarang nggak lagi, gitu?”

Hm..”

BE MINE, again? [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang