Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Happy weekend everyone🙂
•
Kabar gembira dari Nathan dan Lia bukan hanya disambut baik oleh Jean dan Jian. Tapi orang-orang di sekitar mereka juga menyambut baik kabar itu. Seperti orang tua Nathan yang langsung menangis saat mendengarnya ketika Nathan dan Lia serta si kembar berkunjung ke rumah mereka.
Ibu belum bisa berhenti menangis sejak diberitahu, sebab ibu terlalu bahagia hingga menangis. Ibu tidak pernah ikut campur dalam hubungan rumah tangga mereka. Ikut campur dalam hal meminta Lia atau memaksa Lia untuk kembali rujuk bersama Nathan. Tapi saat ibu tahu alasan perceraian mereka dulu, ibu ikut memarahi Nathan dan bahkan memukul anak laki-lakinya itu karena sudah berani melukai menantu kesayangannya.
Kalau ayah, pria paruh baya itu pernah menasihati Nathan ketika dulu ia bercerai dengan Lia. “Nak, kamu itu laki-laki dan sudah dewasa dalam hal apapun. Nggak seharusnya kamu memperlakukan perempuan seperti itu. Ibu kamu juga perempuan. Kamu lahir dari seorang perempuan. Apa yang kamu lakukan itu salah, nak.”
Satu kalimat panjang itu mampu membuat Nathan semakin porak-poranda setelah Lia meninggalkannya. Sampai sekarang, ayah tidak lagi memberi saran atau nasihat pada Nathan bagaimana baiknya. Walaupun Nathan sering meminta saran, tapi ayah tidak pernah mau memberi saran lagi.
“Ibu, udah ya nangisnya.” Lia memeluk ibu mertuanya dan ikut menitikkan air mata melihat wanita itu yang masih saja sesegukan.
“Kamu udah pertimbangkan baik-baik tentang keputusan kamu ini, nak?” tanya ayah. “Jangan sampai kamu menyesal lagi nantinya. Rujuk sama laki-laki yang dulunya nggak bertanggung jawab sama keluarganya sendiri.”
Nathan berdecak kesal. “Ayah!” tegurnya. Ia kadang heran, anak kandung ibu dan ayahnya itu dirinya atau Lia.
“Udah, Ayah. Aku udah pertimbangkan banyak hal sebelum setuju. Makanya, aku ngasih Nathan satu kesempatan aja. Cuma satu. Kalo yang terakhir ini masih disia-siain juga, aku akan langsung pergi. Sampai kapanpun nggak akan mau balik lagi.”
“Bodoh sih ayah kalo yang ini disia-siain lagi,” sahut Jean tanpa menatap siapapun. Karena fokusnya tertuju pada ponsel.
Nathan memilih diam dan tidak menimpali ucapan menusuk anak laki-lakinya. Sebab ia sadar, posisi dirinya di sini adalah orang yang bersalah. Jadi, apapun yang mereka katakan. Ia akan menerima.
“Jadi gini, Bu.. Lia rencananya mau ucap janji lagi di hadapan Tuhan. Mau diulang lagi walaupun sekarang kita udah resmi rujuk. Tapi acaranya sederhana aja, cukup Ibu sama Ayah dan Jevin sama Yesi serta anak-anak.” Nathan menjelaskan satu rencana awal mereka.
“Iya, terserah kalian aja gimana maunya. Tapi, Lia bener juga. Mungkin dulu kamu ucap janjinya setengah hati.”
“Ya Tuhan.”
Tidak ada satupun yang memihak dirinya kecuali Jian. Sejak mereka datang hingga kini akan pulang, Jian selalu duduk di sampingnya. Gadis itu tetaplah supporter nomor satu ayahnya. Bahkan semalam, Jian tidak ingin tidur di kamarnya. Ia memilih bergabung bersama ayah dan ibunya. Lia tidak keberatan, justru ia sudah biasa tidur bersama Jian. Beda lagi dengan Nathan yang merasa terganggu karena tidak bebas berduaan dengan Lia.
Tujuan kedua mereka setelah dari rumah orang tua adalah rumah Jevin dan Yesi. Yang menyetir mobil adalah Lia, karena Nathan masih belum pulih sepenuhnya.
Topik utama mereka adalah rujuk hingga ringisan Nathan tidak dipedulikan oleh ibu dan ayahnya. Bahkan ibunya hanya sekadar bertanya saja dan tidak kasihan. Bukannya tidak simpati, tapi ibu tahu bahwa Lia sudah merawatnya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...