Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Bukan Nathan namanya kalau sekarang ia tidak bisa mendapat perhatian Lia. Ia berhasil, caranya yang merajuk sepanjang perjalanan pulang tadi membuahkan hasil. Lia akhirnya mengajaknya untuk mampir ke apartemen dan makan malam bersama.
Nathan yang awalnya tidak mau menatap Lia dan sibuk menatap jalanan akhirnya bereaksi setelah Lia mengalah untuk mengajaknya makan malam bersama di apartemen. Ia menoleh dan mencuri satu kecupan pada pipi kiri Lia. Sebab ia tahu Lia tidak akan bisa berontak karena fokus menyetir. Tapi, bukan Lia namanya kalau belum bisa membalas. Tangan kirinya terulur untuk mencubit lengan Nathan dengan keras.
Selagi Lia mengganti pakaian, Nathan membuka kulkas dan mengambil air putih. Kulkas benar-benar penuh oleh bahan-bahan mentah, kiriman dari ibunya untuk Lia. Ia kemudian berjalan ke ruang tengah dan menatap satu bingkai foto yang ada di atas meja dekat televisi. Senyum Nathan merekah saat melihatnya. Itu adalah foto keluarga yang diambil saat Jean dan Jian masih berusia lima tahun. Walaupun saat itu Nathan melakukannya tanpa perasaan, tapi setidaknya dalam foto itu ia tersenyum.
“Kamu mau dibuatin apa?” suara Lia membuatnya kembali ke alam sadar setelah sebelumnya berandai-andai bagaimana bahagianya kehidupan pernikahan mereka jika dari awal Nathan sadar.
Nathan tersenyum dan kembali ke dapur lalu duduk manis. “Karena kamu nanya gini, aku jadi ngerasa masih berstatus sebagai suami kamu.”
“Mulai, ya!”
“Apa aja. Kamu bikin apa aja aku pasti makan.”
Lia membuka kulkas dan melihat bahan apa saja yang ada. “Ayam goreng aja, ya. Nanti aku buatin sambel. Sama tempe dan tahu bacem. Ini ada sayur, tadi aku masakin mereka tapi kayaknya nggak dimakan.”
“Apa aja, sayang. Apa aja, tadi aku udah bilang kalo kamu bikin apa aja aku pasti makan.”
Lia melempari Nathan dengan plastik bekas yang ada dalam jangkauannya. Nathan terkekeh sedangkan Lia mendelik sebal dan mulai membersihkan ayamnya untuk digoreng.
Saat mereka asik sendiri, Jean akhirnya pulang. Mungkin orang tuanya terlalu asik bercanda sampai kedatangannya tidak disadari. Ia berhenti sejenak dan menatap orang tuanya dengan senyum merekah. Memperhatikan bagaimana bahagianya mereka, mungkin akan lebih bahagia lagi jika nanti mereka bisa tinggal bersama seperti dulu. Setiap hari bercanda satu sama lain. Ah, Jean rindu hari-hari dulu ketika mereka masih tinggal bersama.
Kedatangannya akhirnya disadari oleh Lia. “Loh, kapan pulang?”
“Tadi, kalian asik bercanda makanya nggak sadar aku datang.” Jean mendekat dan duduk di samping ayahnya. “Ayah mau makan di sini?”
“Iya, pacarnya Ayah mau buatin Ayah makan malem sekarang.”
Lia sama sekali tidak terdistraksi dengan ucapan Nathan. Ia mengabaikan ucapan laki-laki itu dan terus melanjutkan kegiatan memasaknya. Membiarkan ayah dan anak itu bercanda sesukanya.
Sedangkan Jean langsung terkekeh. “Kapan jadiannya?”
“Tadi.”
Mereka terus bercanda satu sama lain. Jean juga dengan senang hati menimpali lelucon dari ayahnya. Lalu, mereka sama-sama tertawa.
Walaupun Lia fokus memasak, tapi ia juga ikut tersenyum kecil saat melihat bagaimana asiknya Nathan dan Jean bercanda. Hal yang sudah lama berubah dari kehidupannya. Dulu, mereka juga sering bercanda. Tapi entah kenapa bercandaan mereka yang dulu tidak seseru sekarang. Sekarang, tawa Nathan lebih lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...