21. Bincang Sore (Nostalgia)

406 97 36
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Setelah beberapa saat hening sesudah membahas topik yang tabu, Yesi beranjak untuk mengambil tambahan buah dan kue kering sebab yang tadi sudah habis. Lia menyeruput teh hangatnya yang tersisa sedikit sedangkan Nathan malah meraih rokok lagi. Terhitung ia sudah menghabiskan tiga batang selagi duduk berbincang.

“Sebenernya lo ke sini mau ngapain?” tanya Yesi yang sudah kembali, membawa nampan berisi minuman kaleng dingin, buah, dan kue kering.

“Mau numpang makan malem dia. Males berenti beli dan males masak di rumahnya.” Jevin yang menjawab. Ia ingin melihat reaksi Lia. Padahal aslinya, Nathan hendak meminjam perlatan camping milik Jevin.

Yesi berdecak pelan. “Makanya cari istri supaya ada yang masakin. Nggak numpang makan terus di rumah orang.”

Bercandaan mereka memang begitu. Walaupun terdengar menyindir tapi itu adalah hal yang wajar bagi mereka. Yesi menganggap Lia sudah tidak peduli terhadap Nathan. Itu sebabnya ia menyuruh Nathan mencari istri baru.

Tapi entah kenapa, Lia merasakan hatinya nyeri. Sebenarnya, sampai detik ini pun, ia sendiri bingung apa mau hatinya. Ia masih trauma, masih sangat takut Nathan akan mengulangi kesalahan yang sama. Itu sebabnya ia menolak. Tapi satu sisi dirinya juga masih berharap traumanya hilang supaya ia bisa memulai lagi jika memang ada kesempatan.

“Jevin tuh yang mau cari istri lagi. Tadi di kantor liatin karyawan baru yang masih fresh dan single.” Nathan benar-benar mengadu pada Yesi hingga membuat Jevin terbatuk saat meminum colanya. “Dia juga nanyain Mba Hesti HRD tentang mereka.”

Tatapan Yesi langsung mengintimidasi. Jevin buru-buru menggoyangkan tangannya ke kiri dan kanan sebagai tanda ucapan Nathan tidak benar.

“Sumpah demi Tuhan, Mba Hesti duduk-duduk sama kita makanya ngomongin mereka. Lagian, aku berniat ngasih tahu Nathan. Dia mau cari istri baru supaya ada yang ngurusin.” Jevin membela diri. Sedangkan Nathan tertawa melihatnya.

Pembelaannya membuat Lia menunduk dan tersenyum tipis. Nathan sepertinya ingin mencari istri baru. Apakah itu artinya Nathan sudah move on darinya dan ingin memulai lagi dengan yang baru? Ah, Lia merasa sedih.

“Jangan macem-macem, ya.” Yesi melayangkan kepalan tangannya di depan Jevin. “Ganti dulu baju kamu sana. Biar nggak kotor banget, nanti repot kalo dicuci.”

“Baju ganti aku yang di atas kursi rias kamu itu masih ada? Aku cuma pakai semalem aja, biar aku pakai lagi sekarang.”

“Yang mana? Kayaknya udah aku masukin mesin cuci tadi pagi waktu beres-beres.”

Jevin dan Yesi beranjak masuk. Menyisakan Nathan dan Lia yang kini berdua saja. Mereka tidak merencanakannya. Tapi karena Jevin mencari baju gantinya, jadi Yesi ikut masuk untuk memastikan.

Mereka berdua sedikit terdistraksi dengan percakapan pasangan suami-istri itu. Ada kepingan memori masa lalu yang tiba-tiba teringat. Yaitu saat Nathan tidak menemukan di mana pakaian yang ia cari berada. Lalu ia akan berteriak memanggil Lia dan meminta tolong untuk dicarikan.

“Bajuku yang warna hitam itu di mana?

“Baju kamu hampir semuanya warna hitam, ya. Maksud kamu baju yang mana?

“Yang polos.

“Ada di lemari, kan. Sebelah kanan, paling atas kayaknya.” Lia membuka lemari dan langsung menemukan baju yang Nathan maksud. “Ini, kan? Astaga.. Gimana kalo aku nggak ada di sini terus kamu nggak nemuin di mana baju kamu.

BE MINE, again? [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang