Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
“Kamu beneran mau nikah lagi?”
Pertanyaan Lia membuat Nathan tertegun. Beberapa saat, Nathan terdiam dan fokus menatap jalanan padat menjelang malam.
Lia tidak ingin tahu, tapi mulut sialannya terus saja bertanya karena penasaran. Lia tidak mau peduli, tapi hati kecilnya merasa iba saat melihat Nathan terluka padahal hanya luka kecil. Lia berusaha untuk tidak khawatir, tapi mendengar Nathan belum makan saja ia kasihan. Ya Tuhan, Lia benar-benar bingung pada dirinya selama lima bulan terakhir ini. Keputusannya sudah bulat untuk tidak rujuk, tapi kenapa ia masih saja penasaran tentang kabar Nathan.
Sedangkan Nathan, ia masih begitu mencintai dan menyayangi Lia. Tapi sayangnya, Lia sudah tak menginginkannya. Lia tidak mau melihatnya lagi. Itu sebabnya Nathan sekarang menjaga diri supaya tidak mengganggu Lia lagi. Nathan berusaha untuk tidak membuat Lia khawatir. Nathan berusaha untuk tidak muncul lagi di depan Lia.
Sebenarnya, mereka masih sama-sama saling membutuhkan. Hanya saja gengsi menguasai.
“Iya, kayaknya,” jawab Nathan akhirnya setelah memikirkan apakah ia akan berusaha terlihat baik-baik saja atau menunjukkan bahwa ia lemah. “Mau coba buka hati. Sepi juga kalo pulang kerja, nggak ada yang nungguin. Nggak ada yang ngurusin.”
Mata Lia berkaca-kaca, ia menunduk setelah mendengar jawaban Nathan. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, Nathan sama sekali tidak pernah terpikirkan untuk menikah lagi. Jangankan menikah, untuk berkenalan dengan orang baru saja, ia enggan. Segala hal tentang Lia masih memenuhi hidupnya. Ia hanya ingin terlihat baik-baik saja di depan Lia. Agar setidaknya Lia tidak peduli lagi padanya jika memang Lia sudah menentukan keputusannya.
“Kenalin dulu nanti sama si kembar. Biar mereka bisa akrab sama calon istri kamu, dan biar mereka terima calon istri kamu dengan baik.”
“Iya.”
Ketika mereka akhirnya tiba di rumah, Nathan segera melepas seatbeltnya dan keluar dari mobil. Lia juga ikut keluar untuk berpindah posisi. Tatapan Lia tertuju pada gerbang rumahnya, dulu. Ingin rasanya melihat tanaman-tanamannya, tapi Nathan sebagai tuan rumah tidak mempersilahkannya masuk.
“Makasih. Hati-hati nyetirnya, jalanan lagi ramai soalnya jam pulang kerja.”
“Iya, aku pulang.”
Sampai Lia pergi, Nathan masih berdiri di depan gerbang. Menatap kepergian Lia dengan tatapan sedih.
Setelah memastikan Lia pergi, ia masuk. Tatapannya langsung tertuju pada bunga-bunga Lia. Hal pertama yang ia lakukan sepulang bekerja adalah menyirami tanaman milik Lia. Nathan menghela napas berat tapi ia tetap melakukannya.
Selepas mengganti baju, Nathan langsung memasang selang untuk menyiram bunga-bunga Lia. Ia hanya memakai celana pendek dan kaos oblong kemudian mulai bersiul sendiri.
“Hey kalian, pemilik kalian tadi dateng. Tapi gue nggak ngajak masuk, nanti kebablasan dan ngarep padahal udah nggak diinginkan.” Nathan terkekeh pelan sendiri.
“Baik-baik lo semua sama gue. Kalo gue nggak nyiram kalian sekali, mati lo semua.”
“Nggak deh, gue nggak akan biarin lo semua mati. Nanti nggak ada temen curhat lagi, haha.”
“Lo pada tahu nggak? Gue masih sayang banget sama dia tapi dia udah nggak mau sama gue. Udah nggak dipeduliin, haha. Nih lo liat tangan gue, tadi abis kena teko panas tapi dia nggak peduli, hahaha. Kalo kalian punya pemilik baru, gimana? Gue kesepian sendiri terus. Males banget harus ngomong tiap hari sama kalian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...