32. Home

517 96 5
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

“Ayah sama mama kayaknya lupa kalau mereka punya anak-anak. Dari berangkat sampai mau pulang hari ini pun, nggak pernah hubungi anak-anaknya.” Jian terus saja menggerutu sambil mengunyah snacknya dengan posisi selonjoran di sofa ruang tengah rumah kakek dan nenek.

Nenek ada di sampingnya, tapi nenek tidak berkomentar apa-apa. Nenek hanya menyunggingkan senyum kecil melihat cucunya yang sudah dewasa tapi kadang masih bertingkah seperti anak kecil.

“Posisi lo akan segera tergantikan sama adik kecil nanti. Lo nggak akan jadi anak kesayangannya mama lagi. Gimanapun lo merengek nanti, mama nggak akan peduli.” Jean mulai usil dan menggoda kembarannya.

“Jean, jangan gitu sama saudaranya sendiri,” tegur nenek dengan suara lembutnya. “Walaupun nanti kalian punya adik, itu anugerah Tuhan. Ayah sama mama kalian nggak akan mengurangi kasih sayangnya buat kalian. Kasih sayang mereka buat kalian itu sama rata, sayang.”

“Iya, Nenek. Aku cuma bercanda aja.”

Jean bilang bercanda tapi Jian tidak mau menerima candaan itu. Ia memang tidak menimpali keusilan Jean padanya. Tapi ia langsung meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja dan mencari nomor ponselnya seseorang lalu segera menghubunginya.

Jean awalnya tidak memperhatikan, sampai ketika telinganya mendengar suara yang tidak asing sebab Jian mengaktifkan loudspeaker.

“Apa?” suara Ara di seberang yang baru saja menerima panggilan dari Jian.

Jean sontak memicingkan mata, menunggu hal apa yang akan dikatakan oleh Jian.

“Ra, lo tahu nggak cewek yang namanya Caca anak IPA 1?”

“Iya, tahu. Gue sering dengar anak-anak cowok di kelas ngomongin tentang dia yang katanya cantik dan baik.”

Sejenak, Jean bisa tenang karena mereka membicarakan tentang teman cewek dari kelas lain. Tapi, tidak setelah mendengar sahutan dari Jian.

“Jean suka sama dia.”

Satu kalimat singkat yang langsung membuat Jean terlonjak kaget. Ia langsung beranjak dan menghampiri Jian, berusaha merebut ponsel itu dari tangan Jian.

“Hm, ya udah biarin aja. Dia cantik banget dan baik, wajar kalau suka. Bilangin aja, kalau mau sama Caca putusin gue dulu. Jangan selingkuh.”

“Sayang, nggak gitu. Sumpah demi Tuhan, aku nggak suka sama dia. Aku nggak suka cewek lain selain kamu. Kamu jangan dengerin omong..”

Panggilan terputus. Jian tertawa puas sedangkan Jean langsung mengembuskan napas berat. Ia terkulai lemas dan merebahkan tubuhnya di sofa. Perkaranya pasti akan panjang.

Tatapannya tertuju pada Jian, ia menatap saudaranya itu dengan mata memicing. Niat jahatnya untuk balas dendam langsung terencana. Ia pun mengeluarkan ponselnya dan berjalan ke arah dapur. Dapur dan ruang tengah masih berdekatan, kalau menelepon dari sana pasti akan terdengar sampai ruang tengah.

Jian masih tertawa puas, ia tidak menyadari Jean akan melakukan balas dendam. Ia kira, Jean akan menghubungi Ara. Tapi nyatanya, Jean menghubungi Raka.

“Oit?” Raka menerima panggilan dari Jean.

Tidak lupa, Jean langsung mengaktifkan loudspeaker.

“Ka, kemarin Jian ketemu sama Davin terus mereka ngobrol lama. Saling senyum-senyum gitu. Kata gue sih, lo harus hati-hati. Biasanya orang lama tuh masih jadi pemenangnya. Siapa tahu nanti tiba-tiba dia minta putus sama lo terus balik sama Davin.”

BE MINE, again? [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang