4. Pantai (Kencan Dadakan)

495 90 21
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Keras kepala, salah satu sifat Nathan yang sering membuat Lia kesal akhir-akhir ini. Padahal tangannya masih berdenyut sakit tapi ia tetap memaksakan diri untuk menyetir dan katanya akan membawa Lia ke suatu tempat yang Lia sukai. Lia sudah menawarkan diri untuk menggantinya menyetir tapi Nathan menolak dengan alasan ia takut Lia akan membawanya pulang.

Seperti saran dari Jean dan selagi hari ini adalah hari minggu. Nathan akan membawa Lia ke pantai. Salah satu tempat kesukaan Lia yang ia tahu baru-baru ini dari Jean.

“Nat, kita mau ke mana? Kenapa nggak sampai-sampai dari tadi. Kamu mau bawa aku ke mana, ini hampir sore. Jangan sampai kita pulang malem soalnya anak-anak nanti lapar, nggak ada yang masakin.”

“Iya, bentar lagi sampai kok.”

Hingga akhirnya, mereka sampai di pantai terdekat yang bisa Nathan jangkau untuk saat ini. Karena mereka pergi mendadak dan belum ada persiapan apa-apa, jadi yang terdekat dulu walaupun pemandangannya seadanya saja.

Serius, Lia benar-benar menyukai pantai. Ia suka mendengar suara ombak, menurutnya itu menenangkan. Suasana tenang ketika sore hari sambil duduk santai menikmati sunset. Melihat matahari yang akan menyembunyikan dirinya di ufuk barat diiringi dengan kicauan burung yang hendak kembali ke sangkar masing-masing. Sungguh, Lia suka.

Senyumnya bahkan merekah ketika ia keluar dari mobil. Bahkan ia tidak menolak saat Nathan menggenggam tangannya dan menuntunnya untuk mencari tempat duduk. Suasananya tidak terlalu ramai walaupun hari minggu.

Lia menghentikan langkahnya yang otomatis membuat Nathan ikut berhenti. Tapi Nathan buru-buru menarik tangannya lagi supaya cepat duduk. Nathan takut Lia akan berubah pikiran dan memilih pulang.

“Duduk di sini, ya. Pemandangannya dari sini lumayan indah, kamu akan suka.”

“Kamu tahu tempat ini dari mana? Pernah ngajak seseorang ke sini selain aku?”

Nathan menggeleng cepat. “Aku tahu kamu suka pantai dari Jean. Bahkan selama lima belas tahun kemarin, aku nggak tahu apa-apa tentang kamu. Aku nggak pernah ngajak kamu jalan-jalan berdua, aku nggak pernah tahu apa kesukaanmu. Maka dari itu, aku minta maaf. Terus, aku tahu tempat ini dari google map. Aku cuma search pantai terdekat dari alamat kita dan ini yang muncul, makanya aku bawa kamu ke sini dulu walaupun pemandangannya nggak seindah pantai yang lain. Aku juga baru pertama kali ke sini dan nggak pernah bawa siapa-siapa selain kamu.”

Posisi mereka kini duduk berdua, menghadap ke bibir pantai dan menikmati suara ombak. Bahkan Nathan masih belum mau melepaskan genggamannya dari tangan Lia.

Lia tahu bahwa ucapan Nathan yang tadi adalah kejujuran. Kenapa Lia seyakin itu? Karena kondisi dan keadaan mereka kini sudah berubah. Dulu, Nathan benar-benar memfilter setiap kalimat yang akan ia ucapkan. Entah itu untuk menjaga perasaan Lia atau Elena. Tapi sekarang, keadaan sudah berubah. Nathan tidak lagi menjalin hubungan dengen Elena dan Nathan sudah bisa leluasa mengatakan apapun yang ingin ia katakan di depan Lia.

Jujur saja, Nathan bukan orang pertama yang menemaninya ke pantai. Sebelumnya, Haikal pernah. Tapi kondisinya berbeda. Kemarin, Lia yang meminta pada Haikal untuk ditemani ke pantai. Tapi sekarang, Nathan membawanya tanpa ia minta. Jadi, sudah jelas bukan, siapa yang lebih memenangkan hati Lia.

“Kalo aku lagi berdua sama kamu kayak gini. Kalimat yang selalu pengen aku ucapin cuma kalimat permintaan maaf. Walaupun kamu udah bosen denger, tapi bagiku permintaan maaf yang kemarin-kemarin masih belum cukup. Aku pengen minta maaf terus sama kamu.” Nathan berbicara tapi ia tidak menatap Lia karena mereka sama-sama melihat ke depan. “Aku juga pengen minta kesempatan lagi buat buktiin kalo sekarang aku bener-bener serius. Tapi aku tahu, kamu pasti nggak akan ngasih. Karena dulu, kamu udah ngasih aku beribu-ribu kesempatan yang nggak pernah aku manfaatkan dengan baik.”

BE MINE, again? [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang