Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Kepulan asap rokok yang berasal dari ruang tengah memenuhi udara sekitar. Kepulannya berasal dari dua orang yang kini sedang asik tertawa setelah sebelumnya menyelesaikan kegiatan mereka yaitu bermain game. Selain rokok, mereka juga ditemani dua cup ice americano yang sudah habis serta beberapa camilan ringan sebagai pendamping.
Terhitung dua tahun berlalu sejak perpisahan Nathan dan Lia. Hingga kini Jean dan Jian sudah berusia 17 tahun. Mereka kini menginjak usia remaja di mana mereka sudah mulai mengenal berbagai macam pergaulan. Bahkan tak tanggung-tanggung Jean mulai menyesap rokok seperti ayahnya. Awalnya Lia sempat marah tapi anak itu malah mendapat dukungan dari ayahnya.
“Ayah nggak ada niatan buat nikah lagi?” celetuk Jean sembari memeriksa bungkus snacknya apakah masih ada yang tersisa atau tidak. “Ya kali nggak ada yang mau sama Ayah. Masih keliatan muda banget. Masih bisa dapet anak gadis kalo mau.”
Kesal dengan pertanyaan dan pernyataan Jean, Nathan menjewer kuping anaknya. “Kamu sekarang jadi berani godain Ayah gini, ya. Emangnya kamu mau punya mama tiri yang seumuran kamu?”
“Lagian aku kasian aja liat Ayah sendiri terus. Temen main Ayah kalo bukan aku, pasti Om Jevin. Tapi kadang Om Jevin sibuk quality time sama keluarganya. Terus, Ayah sendiri deh dan berakhir nelepon aku. Aku jadinya nggak bisa hang out sama temen-temenku.”
Karena membahas tentang quality time, Jean sempat termenung saat ia mengingat bagaimana dulu mereka sering pergi jalan-jalan berempat. Entah itu untuk sekadar makan ataupun shopping. Walaupun kadang sering berdebat dengan Jian, tapi hal itu kini menjadi kerinduan untuknya. Saling mengadukan kelakuan di sekolah, dan banyak hal lainnya yang hanya menjadi sebuah kenangan saat ini.
“Iya, lain kali Ayah nggak akan gangguin kamu lagi kalo mau main sama temenmu.”
“Om Jevin tampangnya emang brengsek, tapi ternyata dia setia sama Tante Yesi. Aku heran aja kenapa Ayah yang kayaknya pendiem banget tapi malah punya dua peremp..”
“Udah, nggak usah dibahas lagi Jeandra.” Nathan sontak menutup mulut Jean sebelum kalimatnya berakhir. “Ayah menyesal dan nggak mau ingat lagi. Sekarang, kan, Ayah lagi fokus memperbaiki diri.”
Jean terkekeh. Sekarang, menggoda ayahnya adalah kesenangan tersendiri untuknya. Hal itu menjadi bahan bercandaan yang bisa ia ucapkan dengan enteng.
“Mama kamu nggak marah kalo kamu lama-lama di sini? Kayak sekarang kamu nggak pulang tiga hari?” tanya Nathan seraya mematikan putung rokoknya.
“Marah terus nangis. Katanya, kamu udah nggak sayang sama mama makanya nggak mau pulang? Gitu. Mamah tuh kalo ngambek andalannya nangis padahal nggak beneran nangis. Yang penting aku sama Jian nurut aja.” Jean tertawa.
Nathan menyandarkan punggungnya di sofa dan mengusap kepala Jean. “Ya udah, nurut makanya. Jangan buat mama kamu marah terus nangis. Kasian.”
Bersamaan dengan itu, ponsel Jean berdering. Ada panggilan dari Lia. Melihat itu, Nathan langsung meminta ponsel itu pada Jean, mengatakan bahwa ia yang akan mengangkatnya.
“Halo, sayang?”
Ucapan Nathan sukses membuat Jean terkekeh.
“Jean mana?” tanya Lia di seberang dengan nada jutek. Tidak berniat menanggapi ucapan Nathan.
“Kamu sebenarnya nanyain Jean itu mau ngapain? Kamu udah tahu dia sama aku, kamu udah tahu kalau dia di sini tuh pasti main game. Soal makanannya, walaupun aku nggak bisa masakin tapi tetap terjamin karena aku pesan yang instan bergizi sehat. Atau jangan-jangan, modus ya mau dengar suaraku makanya nelepon terus? Kangen, ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...