Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Jean, laki-laki itu kini sudah beranjak dewasa. Sudah mulai mengenal berbagai macam pergaulan dan mulai mencoba merokok. Bahkan tak jarang ia menyebabkan masalah di sekolah yang berakhir dengan pemanggilan wali murid. Sebabnya adalah, ia jarang mengumpulkan pekerjaan rumah. Ia suka menjahili teman-temannya yang perempuan. Ia suka mencari masalah dengan kakak kelasnya. Ia sering tidak memasukkan baju dengan rapi saat jam sekolah. Ia sering lupa membawa perlengkapan upacara seperti topi atau dasi, dan bahkan sering membolos upacara dengan alasan sakit.
“Petugas PMRnya cantik, makanya gue mau sakit aja supaya diobatin. Lumayan, kening gue kadang dipegang buat meriksa apa gue demam atau nggak.”
Itu alasannya ketika Raka bertanya kenapa ia membolos upacara.
Pertemanannya dengan Raka masih berlanjut karena mereka masuk ke SMA yang sama. Sampai sekarang pun ia masih terus menjodohkan Raka dengan Jian yang sepertinya akan berhasil. Mereka juga sering menyebabkan masalah bersama dan pada akhirnya Nathan maupun Jevin bertemu di sekolah untuk rapat pendisiplinan siswa.
Perihal rasa, dulu Jean menyimpan perasaan dan rasa suka terhadap Ara. Yang sayangnya dulu Ara sudah punya pacar. Jean tidak berniat merebut Ara dari pacarnya bahkan untuk berani mendekati saja tidak. Karena ia tahu bahwa perasaan tidak akan bisa dipaksakan seberapapun usaha yang dilakukan. Kalau tetap tidak mau maka akan selamanya tidak mau. Ia paham konsep itu setelah melihat hubungan orang tuanya. Ia paham setelah melihat bagaimana usaha ayahnya untuk mengajak mamanya rujuk, tapi mamanya tetap tidak mau. Jadi, Jean paham.
Jean kira, mereka akan berpisah. Ternyata, Ara juga masuk ke sekolah yang sama dengannya. Tapi sayang, perasaan Jean untuknya sudah memudar. Bahkan Jean tidak peduli lagi dengan siapa Ara menjalin hubungan atau apakah Ara punya pacar atau tidak. Ia hanya fokus pada sekolahnya walaupun tidak semaksimal yang ia harapkan. Ara bahkan sering menyapanya jika mereka berpapasan, tapi Jean hanya menyapa sekadarnya saja.
Dari kasus orang tuanya, Jean berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah mempermainkan hati perempuan. Itu sebabnya, ia lebih baik sendiri dulu dan bermain sepuasnya dari pada harus gonta-ganti banyak pacar. Lagi pula, jika ia pacaran sekarang maka belum tentu nanti ia akan berakhir dengan pacarnya. Bisa saja mereka putus di tengah jalan karena mungkin pemikiran tidak sejalan.
“Sampai kapan lo nggak mau pacaran?”
“Bukannya nggak mau, Ka. Tapi gue masih males aja soalnya nanti ribet. Gue juga belum nemu yang cocok-cocok banget sama tipe gue, jadi santai aja.”
“Lo takut jadi kayak bokap lo?”
“Nggak, brengseknya ayah kayaknya udah nurun ke gue soalnya kata ayah dulu dia sering bolos-bolos gini, sering dipanggil ke ruang guru buat pendisiplinan. Tapi kalo brengseknya yang sayang sama dua perempuan sekaligus, gue nggak akan turutin. Lebih baik putusin dulu yang lama, terus nyari yang baru.”
“Sama aja lo selingkuh.”
“Beda lah, bro. Selingkuh itu lo pacaran sama cewek lain padahal posisinya masih ada pacar. Tapi kalo putusin yang lama, terus cari yang baru, itu bukan selingkuh.”
Percakapan yang tidak ada ujungnya dari dua orang jomblo akut. Yang satunya tidak mau pacaran karena belum menemukan yang cocok dan yang satunya belum bisa menyukai perempuan lain sejak SMP hingga kini.
Lalu, ada Jian. Perempuan itu kini sering mengalami mood swing yang berlebihan sejak menginjak usia remaja menuju dewasa. Apalagi sejak hubungannya dengan Davin kandas setelah lulus SMP. Setelahnya, Jian punya pacar lagi sejak masuk SMA. Tapi ya begitu, putus, balikan, putus lagi, balikan, dan akhirnya benar-benar putus. Penyebab utamanya adalah Raka. Laki-laki itu selalu menjadi orang ketiga dengan siapapun Jian pacaran. Raka tidak bermaksud membuat Jian putus, hanya saja kadang mereka pulang bersama dengan Jean. Lalu bercanda sepanjang jalan, kadang mampir makan sebelum pulang, atau mampir ke pusat perbelanjaan untuk bermain. Ada orang yang melihat dan memberitahu pacar Jian, dan mereka berakhir putus. Siklusnya terus seperti itu, sampai Jian kesal pada Raka. Bahkan ia pernah, tidak mau bicara dengan Raka hampir sebulan lebih karena rasa kesalnya masih begitu membekas.
“Lo inget ya kata-kata gue, nih. Lo nggak akan bisa bertahan lama sama cowok selain gue. See, lo diselingkuhin, diputusin tanpa sebab, di ghosting, dan banyak lagi. Pada akhirnya lo balik ke gue, nangis jelek depan gue dan dengan sabar gue dengerin ocehan lo. Tapi herannya, kenapa lo nggak mau nerima gue sebagai pacar lo?”
“Lo yang bikin gue putus sama cowok-cowok gue! Jangan sok peduli.”
“Mereka aja yang lebay cemburu sama gue padahal gue nggak pernah ngapa-ngapain sama lo. Cuma kadang pulang bareng dan makan bareng, itu pun kita sama Jean. Kalo gue peluk lo atau cium lo, baru mereka bisa cemburu. Apaan, lebay banget tuh cowok-cowok.”
“Gue nggak mau buat hubungan kita jadi canggung nantinya. Kalo kita pacaran, ya nggak akan ngerubah apapun juga. Tapi kalo nanti putus, bisa canggung hubungan kita dan gue nggak mau itu terjadi. Gue mau tetep kayak gini. Udah, gini aja..”
Satu hal pasti yang bisa mengamankan tempatnya di samping Jian adalah Jean. Karena sampai kapanpun, Raka tahu bahwa Jean pasti akan memberinya restu.
Berbeda dengan Jean, di sekolah Jian itu termasuk siswi yang berprestasi. Sering menjadi langganan juara kelas. Para guru sampai geleng-geleng kepala melihat bagaimana si kembar itu sangat berbeda dalam hal akademik. Yang satu pintar dan yang satunya pas-pasan. Bahkan mereka tidak heran jika terkadang pekerjaan rumah Jean mendapat nilai sempurna. Karena mereka tahu Jian pasti membantunya.
**
Ini hanya imajinasi dan bukan kisah nyata jadi di bawa santai aja, jangan sampai dibawa ke real life. Thank you.
©dear2jae
2022.11.03 — Kamis.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfiction[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...