Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Sesuai hasil diskusi dengan anak-anaknya, Nathan akhirnya menerima masukan dari Jean maupun Jian. Hari ini, ia akan mengajak Lia dinner untuk merayakan ulang tahunnya dan sudah menyiapkan sebuket bunga untuk hadiahnya.
Sebenarnya Lia sempat menolak tapi tidak kuasa setelah melihat Nathan memohon padanya. Akhirnya, ia mengiakan. Di samping itu, Lia juga merasa tersanjung sebab Nathan ingat hari ulang tahunnya. Dulu, hari ulang tahunnya tidak pernah istimewa. Jangankan dirayakan oleh Nathan, diingat saja tidak. Ia hanya diberi ucapan selamat oleh si kembar serta kue kecil sebagai tanda. Bahkan anniversary pernikahan mereka seolah terlupakan.
“Aku pengennya malem ini kamu nggak minta pulang cepet, itu aja. Biarin aku ngasih yang terbaik buat kamu.”
“Iya.”
Apapun yang dilakukan oleh Nathan, Lia tidak pernah protes. Nathan membukakannya pintu mobil, Nathan menuntunnya untuk menuju meja yang sudah disiapkan, Nathan memastikannya duduk dengan nyaman. Tak dipungkiri kalau Lia merasa sangat bahagia saat ini. Dalam lima belas tahun terakhir hidupnya bersama Nathan, ini adalah pertama kalinya ia merasa sangat bahagia.
“Happy birthday, Celia.” Nathan nenyodorkan sebuket bunga pada Lia. “Semoga kamu tetap bahagia dan sehat-sehat.”
Lia menunduk, ia terharu dan air matanya menetes begitu saja. Lia sudah menyerah pada Nathan, itu sebabnya ia memilih pergi. Bahkan ia tidak mengharapkan apa-apa lagi dari laki-laki itu. Tapi sekarang, Nathan malah berbalik mengejarnya dan membuktikan perasaannya. Memperlakukannya dengan baik layaknya mereka suami-istri bahagia.
“Astaga, kenapa kamu nangis?” Nathan meraih tangan Lia dan mengelusnya pelan.
Lia menggeleng pelan. “Makasih, Nat. Aku terharu, makanya sedih. Ini pertama kalinya kamu ngelakuin hal yang bikin aku seneng.”
“Aku udah ngerasain sakit sampe hatiku nyeri, sampe hatiku ngilu, sampe sekujur tubuhku sakit. Itu waktu kamu tinggalin aku sendiri. Tapi aku sadar, itu belum seberapa dari rasa sakit yang pernah kamu rasain selama ini. Jadi, aku sama sekali nggak ngeluh..” Nathan mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Sampai Lia merasakan genggaman tangan Nathan semakin kuat pada tangannya.
“Kamu udah liat sendiri selama dua tahun kemarin, aku sama sekali nggak pernah terlibat sama perempuan lagi. Karena emang ketertarikanku maupun kemauanku untuk memulai dengan yang baru, udah nggak ada. Tuhan juga lagi ngehukum aku. Semua hal yang ada di rumah selalu buat aku ingat sama kamu, apapun yang aku lakukan. Kamu tahu, bahkan cicin nikah kita nggak pernah aku lepas sama sekali. Kayak ada yang kurang aja kalo aku lepas..” sambungnya lagi, masih dengan posisi menggenggam tangan Lia.
Selama hidup belasan tahun bersama, sikap dan sifat yang Nathan tunjukkan sangat berbeda dengan yang sekarang. Dulu, Nathan itu cenderung cuek, dingin, tapi melunak jika bersama anak-anaknya. Sekarang, Lia selalu menghela napas saat melihat bagaimana tingkah aktif Nathan ketika berada di dekatnya. Dulu Lia heran, dari mana Jean dapat sifat menyebalkan dan tengil di saat Nathan dan dirinya tidak seperti itu. Ternyata jawabannya ia temukan sekarang setelah mereka bercerai. Ya memang dari Nathan.
“Dulu, kalo diingat-ingat, aku nggak pernah mau tahu kapan ulang tahunmu. Juga nggak pernah ngucapin. Aku nggak pernah beliin kamu barang-barang kayak kebanyakan suami yang ngasih istrinya hadiah. Aku nggak pernah ngajak kamu jalan berdua walaupun anniversary kita. Aku cuma bersikap romantis saat di depan si kembar, selebihnya aku selalu diemin kamu kalo emang nggak ada topik. Sekarang, aku mau kamu tahu kalo sebenarnya itu bukan sifat dan sikapku..”
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE, again? [JAELIA✔️]
Fanfic[Sequel Dandelion] "Anggap aja Ayah deketin cewek lagi dan berjuang dari awal. Kan, dulu kalian nikah karena dijodohin. Jadi, nggak mengenal istilah pendekatan dan perjuangan buat dapetin mama. Sekarang, coba deh berjuang lagi buat dapetin mama. Sia...