Pemenang

191 13 60
                                    

Yap! Jawaban untuk tebak-tebakan kemarin adalah Biola.

Kenapa gak ada yang bisa bayangin Zoffy main biola? Apa karena sesangar itukah dia?

Zoffy: -_-

Eh ada orangnya. Punten pak ....


Jadi pemenang kemarin adalah RyuCasLev 

Sebenarnya ada lagi yang benar tapi tidak kepilih, jadi mohon maaf ya.

Sekarang mari kita ke requestan yang diminta.





Malam memang tenang tapi diketenangan itu belum tentu hal baik.

Zero: "Sampai kapan kau tidak mau tidur?"

Valgus: "Kalau bisa selamanya."

Zero: "Hah ... Mau ku temani untuk malam ini?"

Valgus: "Tidak perlu, aku bukan anak-anak."

Dengan itu Valgus pergi kekamarnya yang hanya dilihat Zero dari tempatnya.

Zero: "Kau memang masih anak-anak tahu."

Rosso: "Susah ya jadi kakak."

Zero: "Setidaknya Valgus masih bisa diatur." :)

Rosso: ....


***

Kota saat malam hari tidak terlalu beda dengan siang. Walau yang berbeda hanya berapa jumlah Ultra yang berlalu lalang. Disitulah Valgus berjalan. Tempat yang agak sepi dan sedikit tenang itulah favoritnya walau itu harus tergantung kondisi.

Butuh waktu untuk Valgus tiba ditujuannya. Yaitu Taman. Karena dia agak stress untuk beberapa alasan, jadinya dia memutuskan kemari untuk menenangkan diri. Meski jika di ingat lagi ada suatu kejadian tidak mengenakan ditaman ini.

"Tempat ini sepi sekali, apa sudah larut ya? Tapi kalau iya. Itu bagus." Mengedarkan pandangannya dia menemukan beberapa kursi taman dan memutuskan menduduki salah satunya, toh dia tidak akan tidur dikursi taman seperti Aether tapi tidur diatas pohon.

"Bintangnya tidak terlihat ya ... Yah mungkin sedang ngambek," ucap Valgus dengan berlagak polos dan itu membuatnya menertawai dirinya sendiri. Beruntung tamannya sepi jika tidak pasti prasangka buruk muncul lagi.

Valgus berniat mengeluarkan kata-kata lagi tapi sesuatu datang menghampirinya. Saat dilihat rupanya itu adalah Zero. Valgus seketika terkejut dan langsung berdiri. Melihat wajah Zero yang marah membuat Valgus berasumsi dia akan kena hukuman karena keluyuran saat malam hari lagi.

Valgus: "Ka-kakak ... Kau sedang apa ma-malam-malam disini?"

Zero: "behentilah menyebutku kakak, Valgus."

Valgus: "Ah begitu ya, aku minta maa- ... Eh? Tadi ... Kakak bilang apa?"

Zero: "Haruskah aku katakan lagi?! Berhenti memanggilku dengan sebutan kakak. Mulai saat ini aku bukan kakakmu."

Valgus: "Tapi aku salah apa?"

Zero: "Pura-pura tidak tahu hah?! Menyebalkan sekali.

Valgus: "Aku memang tidak tahu apa-apa."

Zero: "Kau kali ini berusaha mencuri Plasma Spark, membunuh banyak Ultra, dan masih banyak lagi yang tidak kalah buruk! Aku menjagamu seperti saudaraku bukan untuk semua itu!"

Valgus: "Ta-tapi aku tidak-."

Zero: "Tidak ada yang bisa kau tutupi lagi."

Valgus: "Tapi kak-"

Zero: "SUDAH KU BILANG JANGAN PANGGIL AKU DENGAN ITU!"

Valgus: ....

Zero: "TIDAK ADA YANG PERLU KU DENGARKAN DARIMU, KAU DENGAR! Lebih baik kau enyah saja dari dunia ini."

Dengan itu Zero pergi meninggalkan Valgus sendirian. Kaki Valgus menjadi lemas membuatnya jatuh dengan posisi duduk di tanah. Air matanya yang tergenang sedari tadi lolos begitu saja. Dirinya tidak mengira hal ini akan terjadi, walau sudah dikira pun dirinya tidak mengira Zero yang melakukannya.

"Aku sudah mengatakannya berkali-kali bukan. Tapi kau terlalu mempercayai mereka dan apakah itu berhasil bagus?" Valgus tidak menanggapi suara itu, dia sudah tahu itu dari siapa. Sebuah tangan hitam dengan beberapa pola merah merangkul tubuh Valgus dan membuat bersandar pada tubuhnya.

"Ayolah kita berdua tahu kau sudah lelah, mereka melupakan apa yang telah kita lakukan, mereka mengabaikan kesempatan yang AKU berikan." Sosok tersebut menyenderkan kepalanya dibahu Valgus, mata merahnya melirik mata keemasan yang memiliki tatapan kosong. "Tidak ada lagi makhluk didunia ini yang peduli dengan kita. Jadi kau tidur saja ya, dan aku yang akan menangani sisanya."

"Kita perlihatkan, Iblis yang mereka mau."

Mulut Valgus perlahan bergerak, ingin mengatakan sesuatu. Tapi saat suaranya hendak keluar itu tidak terdengar apapun.


***

Zero: "Val. Woi! Bangun! VALGUS!"

Valgus langsung bangun dengan perasaan terkejut bak jatuh dari langit. Zero merasa lega melihat saudaranya sudah bangun karena dia sudah menyiapkan seember air dikamar mandi. Valgus sendiri masih berusaha sadar dengan nafas yang memburu tapi matanya menatap Zero sedari tadi.

Zero: "Hei, kau kenapa? Mimpi buruk lagi?"

Valgus menggeleng sambil duduk tapi rasa ngantuknya masih tersisa dan dia memilih bersandar di dinding.

Zero: "Aku tahu kau bohong Val, masih ada sisa air mata di wajahmu."

Valgus segera mengusap sudut matanya dan benar saja, ada sisa air mata disana.

Zero: "Aku tidak akan memaksamu cerita-"

Valgus: "Kau bilang kita bukan saudara lagi."

Zero: "Hah?"

Valgus: "Itu yang kau katakan di mimpiku. Kau tiba-tiba datang, melarangku memanggilmu 'kakak', memarahiku, lalu apalah itu dan ...."

Zero: "Apa dia datang lagi?"

Valgus: (angguk) "Mengingat dia juga adalah aku, kak. Ini semakin menakutkan kalau aku akan-"

Zero langsung membungkam mulut Valgus tanpa menunggunya menyelesaikan kalimatnya.

Zero: "Tidak akan, aku tahu kau tidak akan melakukannya tanpa sebab."

Valgus: "Tapi ...."

Zero: "Kau jangan terlalu memikirkannya. Mungkin ini juga salahku karena melakukan prank itu hingga ke bawa mimpimu lagi. Lagipula sekarang kau tidak hanya punya aku. Jadi untuk saat ini semua akan baik-baik saja dan tidak ada yang perlu kau khawatirkan kecuali ...."

Valgus: "Apa?"

Zero: "Tiket kita akan hangus jika kau tidak bersiap-siap."






3





2






1









Valgus: "APA?!! KAPAN KAU MEMBELINYA?!!"

Zero: "Kapan ya~ aku tidak ingat."

Valgus: "Harusnya kemarin kau beritahu aku, Zhi-nii!"

Zero: "Kau tahu aku kan, V-chan."

Dengan kesal Valgus langsung melempar bantal ke arah Zero dan segera berlari keluar untuk membersihkan diri. Sementara Zero hanya bisa menahan tawa melihat kelakuan Valgus.

Zero: "Ya setidaknya itu bisa membuatnya membaik."






Mohon maaf kalau jelek, soalnya aku agak kacau moodnya.

Pertualangan para Ultra (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang