3. - And Lilith

624 48 0
                                    

Follow dulu yaa sebelum baca. Happy reading!

###

Masih sama dengan suasana di lift tadi, kecanggungan masih menguasai situasi di antara mereka saat ini.

Aaron dan Lilith berjalan bersamaan. Namun, Lilith di depan, Aaron di belakang.

Keduanya memang berjalan sedikit berjauhan, tetapi kecanggungan terasa jelas. Koridor apartemen juga sangat sepi, tidak ada suara, mendukung kecanggungan untuk terasa lebih jelas.

Lilith berusaha berjalan dengan santai, layaknya orang yang di belakangnya hanyalah orang asing biasa. Atau mungkin tidak, ia akan menganggap tidak ada orang di belakangnya saat ini.

Tidak ada orang.

Tidak mau terlalu percaya diri, tetapi ia merasa dirinya seperti sedang diawasi dari belakang. Perasaan itu membuat Lilith tidak tahan lagi untuk berpura-pura seolah tidak ada orang dibelakang. Mana unit apartemen Liam berada di bagian ujung utara lagi. Butuh beberapa langkah lagi baru ia bisa sampai ke unit apartemen Liam.

Sehingga akhirnya Lilith berhenti melangkah dan berdiam diri di tempatnya berhenti.

Aaron yang melihat aksi Lilith yang tiba-tiba berhenti, ikut terhenti.

Lilith mengambil nafas dan mulai membalikkan badannya. Ia juga tidak tau mengapa ia begini. Hanya membalikkan badan tetapi butuh udara ekstra. Berlebihan, bukan? Ah, Lilith bingung sendiri dengan dirinya.

Alis Aaron terangkat menatapnya. Lilith menelan ludah melihat itu. Mulutnya tidak bisa bergerak untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

Rupanya Lilith menyesali aksi berhenti secara tiba-tibanya.

Mulut Lilith terbuka sedikit seperti ingin mengucapkan sesuatu namun tertutup lagi.

Aaron hanya menatapnya tanpa melakukan sesuatu. Kemudian ia lanjut melangkah, meninggalkan Lilith di belakang.

Lilith menggigit bibir melihat punggung lebar Aaron mendahuluinya. Ada sesuatu yang mengganjal pada dirinya. Ia ingin berbicara, namun ia tidak bisa.

Lilith pun membuang nafas gusar.

Setelah itu ia menyusul Aaron yang terlihat berhenti di depan unit 1305.

Kening Lilith menurun ke bawah melihat pemberhentian Aaron.

Ding dong ....

Tangan Aaron menekan bel.

Baru saja Lilith akan bertanya kepada Aaron saat sudah tiba di sampingnya, pintu di depan mereka terbuka.

###

Ding dong ....

Liam segera berjalan ke pintu setelah mendengar bunyi bel dari luar.

Makanan gue datenggg batin Liam dengan hati yang berbunga-bunga. Ia sudah tau, pasti itu Lilith.

Ternyata tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Liam membuka pintu apartemennya jika bersangkutan dengan makanan. Biasanya harus minimal tiga kali membunyikan bel baru pintu akan dibukakan.

Cklek ....

Aaron pun terlihat—

"Eh, Ron!" Liam menyapa walaupun Aaron bukanlah orang yang ia harapkan untuk berada di depan pintunya, dengan tangan yang masuk ke dalam saku celana saat ini.

—bersama Lilith.

Kedua kening Liam langsung terangkat. Ini membingungkan.

Lilith lah yang ia harapkan untuk didapati di depan pintunya. Namun, bukan begini maksud Liam.

"Barengan?" Mata Liam bolak-balik bergerak kiri-kanan antara Aaron dan Lilith, menantikan jawaban dari keduanya.

Terakhir, mata Liam terhenti kepada Aaron. Seolah ia ingin jawaban akan pertanyaannya terjawab oleh Aaron.

"Nggak. Papasan di lift doang," jelas Aaron.

Liam mengangguk mendengar itu. Sementara Lilith tidak ada reaksi apa pun.

Tubuh Liam pun menyamping untuk membiarkan mereka berdua masuk.

Lilith masuk pertama. Aaron masuk selanjutnya.

Ketika Aaron baru masuk selangkah ke dalam apartemen Liam, Liam menahan bahunya dan menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Mungkin hanya Aaron dan Liam yang mengerti tatapan itu.

Aaron akhirnya lanjut melangkah masuk ke dalam apartemen Liam setelah mencoba mengabaikan tatapan Liam. Liam masih menatap punggung Aaron.

Pintu apartemen itu pun ditutup.

"Titipan gue mana?" tanya Liam ketika melihat tidak ada apa-apa di tangan Lilith dari tadi.

"Gue pesennya online. Males bolak-balik jalan." Lilith menghempaskan tubuhnya di sofa empuk milik Liam.

"Tapi lo yang bayar, kan?" tanya Liam untuk memastikan. Tidak dua-tiga kali pesanan makanan online yang belum dibayar tiba-tiba datang atas namanya. Dan ia tau persis itu ulah adik-adiknya. Apalagi adiknya yang paling bungsu.

"Iya lah, lo kira gue Landon apa," ujar Lilith dengan sewot.

Menurut Lilith, ia dan adiknya sangat berbeda. Ia si baik, adiknya si jahat. Jadi jika ia disama-samakan dengan adiknya yang laknat itu oleh orang-orang, ia akan sangat geram.

Lilith seketika teringat akan sesuatu. Mata Lilith pun menyapu apartemen Liam. Ia mencari kemana perginya orang itu. Sejak ia masuk tadi, suara orang itu tidak terdengar dan entah menghilang kemana.

Tiba-tiba pintu kamar tamu terbuka dengan Aaron yang keluar darinya.

Mata mereka berdua bertemu. Dengan segera Lilith mengalihkan pandangannya ke ponselnya. Begitu juga Aaron yang dengan santai berbalik badan untuk menutup pintu kamar.

"Gue duluan ya, Li," pamit Aaron.

"Ga lamaan dikit, bro?" balas Liam.

"Keburu, nih. Lagian cuma mau ngambil pick gitar gue yang ketinggalan doang," jelas Aaron sesudah menutup pintu kamar tamu.

"Ketinggalan barang mulu lo di gue. Tiati di jalan, dah!" sahut Liam yang hanya dibalas oleh acungan jempol oleh Aaron ketika Aaron sudah melangkah ke arah pintu apartemennya.

Sesudah itu terdengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup, menandakan perginya Aaron.

Lilith yang diam-diam menjadi pendengar percakapan tersebut mengangkat kepalanya dari ponselnya. Ia mulai berpikir segala sesuatu dengan pandangan yang mengarah ke kamar tamu.

"Woy! Ngelamun lo," kaget Liam yang rupanya tidak berhasil.

Lilith membuang nafas. Ia meraih saku jaketnya lalu mengeluarkan plastik putih berisi obat-obatan yang tadi ia singgah beli untuk Liam.

"Tuh, obat. Pasti lo nggak ada stok obat, kan?" tebak Lilith dan dibenarkan oleh anggukkan Liam yang tengah cengengesan.

Lilith mencibir, "Kebiasaan."

Liam tersenyum mendengar itu. Adiknya yang sangat ia sayangi ini selalu mengerti jelas apa yang ia butuhkan.

Liam pun mengambil plastik berisi obat-obatan yang diberikan Lilith lalu mengambil obat yang ia perlukan dan pergi ke dapur untuk meminumnya.

"Yaudah, gue pergi dulu. Makanannya bentar lagi sampe." Lilith beranjak dari sofa yang ia tempati menuju pintu apartemen Liam.

"MAKASIH YA, BONTOT, BUAT MAKANAN SAMA OBATNYA!" Liam berteriak dari dapur.

"GUE TENGAH!" balas Lilith berteriak dari pintu apartemen Liam.

ilomilo

Part ini lebih singkat gapapa yaa?? Makasih udah mau baca! Jangan lupa klik bintangnya ;D

Burning HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang