happy reading!
make sure to comment :>###
Liam seolah dirasuki sesuatu. Perasaannya tidak menentu. Rasa marah, takut, khawatir, kecewa, semuanya bercampur menjadi satu gumpalan besar yang menghambat dadanya hingga membuat dadanya sesak. Bahkan tangannya yang terkepal bergetar hebat menahan perasaan yang menggebu-gebu.
Ia sudah coba menghampiri apartemen Aaron, namun tidak ada orang. Di markas Scorpion juga bukannya menemukan Aaron, ia justru mengacaukan ketenangan markas tersebut.
"MANA KETUA BANGSAT LO ITU, HAH?!" Liam berteriak kencang begitu ia masuk ke markas Scorpion.
Anggota Scorpion yang sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, seketika terkejut mendapatkan Liam yang berteriak dengan wajah yang merah padam akan amarah. Matanya bagaikan elang yang mencari mangsa, menelisik satu-persatu di antara mereka untuk melihat keberadaan Aaron.
Daelan yang mengetahui Liam bisa saja mengacak-acak markas mereka sekarang juga, segera bangkit berdiri untuk lebih dulu mencegahnya.
"Udah-udah, tenang dulu." Daelan memegang bahu Liam yang terasa kaku, namun hal tersebut langsung ditepis kasar oleh Liam.
"MANA AARON, ANJING! JAWAB!" bentak Liam sekali lagi.
Kini giliran Gori yang bangkit berdiri, dengan niat yang sama seperti Daelan. "Udah, Liam, asu, lo—"
"Gue gak butuh lo suruh gue diem." Tatapan Liam terpusat tajam kepada Gori yang langsung terdiam. "Yang gue butuh lo semua jawab gue. Aaron dimana?"
Semua anggota Scorpion masih diam. Tak ada yang bersuara. Hal tersebut terus membuat Liam geram.
"JAWAB, GOBLOK!"
"AARON DI STUDIO. PUAS?" sahut Gori tak tahan.
Tadi Sebastian dengan panik langsung pergi ke studio setelah menerima telepon dari salah satu anggota Vegas. Dari situ Gori tahu bahwa Aaron juga pasti berada di studio saat ini.
"Sekarang tenangin diri lo dulu," ujar Gori lembut agar tak memancing emosi Liam yang sudah mulai mereda.
Liam menoleh ke arah Gori dan menatapnya dengan tatapan dalam. Dari Gori, perlahan pandangannya mulai menyapu wajah-wajah anggota Scorpion yang begitu familiar di matanya.
Gori yang menerima tatapan tersebut, menelan ludah susah payah. Bukan, tatapan Liam bukanlah tipe tatapan yang bisa membunuh orang hanya lewat tatapan, melainkan tatapan yang membuat hatinya terasa seperti diremas.
Tatapan sedih dan kecewa Liam lemparkan kepada setiap anggota Scorpion.
Nafas berat Liam bergetar efek emosinya yang tidak stabil. Dadanya masih penuh akan perasaan-perasaan yang bergejolak. Ia akhirnya mencoba untuk berbicara kepada anggota Scorpion.
"Gue percayain Lilith ke lo semua. Tapi apa yang gue dapet? Lo semua biarin Lilith ikut." Tangan Liam terkepal keras. "Lo semua tahu gimana sayangnya gue sama Lilith, tapi gak ada satupun yang coba bikin Lilith tinggal diem?"
Setiap kata yang keluar dari mulut Liam seakan berubah menjadi jarum ketika masuk ke telinga dan menjalar ke hati yang mendengar. Semua anggota Scorpion tidak ada yang berani untuk sekedar melihat Liam lebih dari tiga detik. Rasa bersalah yang membuat mereka enggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burning Hearts
Teen Fiction[COMPLETED] Melewati dua keputusan besar di dalam hidup Aaron, yaitu mundur sebagai ketua Scorpion lalu menjadi bagian dari Vegas, berarti juga melewati banyak malam di berbagai macam club, arena balapan, bahkan kantor polisi, dan tentunya panggung...