26. Cara Mia

300 30 3
                                    

Happy Reads!

###

2:08 a.m.

Lilith duduk di stool dapur. Tangannya menggenggam ponsel, menunggu deringan telfon dari sang pemilik apartemen yang sedang ditahan oleh polisi.

Tadi, ia di antar pulang oleh Sebastian karena tidak diperbolehkan untuk ikut ke kantor polisi. Karena itu, pikirannya kalut memikirkan Aaron.

Drtt ... Drtt ....

Lilith segera membalikkan ponselnya untuk melihat siapa yang menelepon.

Kukuruyuk is calling ....

Melihat nama itu membuat Lilith menghembuskan nafasnya.

"Hm?"

"Dimana?"

"Lo maunya gue dimana?" Lilith balik bertanya.

"Anywhere but Aaron's for sure."

Hembusan nafas Lilith terdengar.

"Too late."

Lilith mematikan panggilan begitu saja. Ia tengah malas untuk berdebat dengan Liam— yang pastinya akan mulai mengomel setelah mendengar balasannya. Ponselnya ia matikan setelah itu agar tidak ada telfon lagi yang masuk.

Ia pun merebahkan kepalanya di atas countertop meja.

Hening.

Merasakan ada yang menggantung di bagian lehernya, tangannya mencoba memegang kalung salib milik Aaron yang ia pakai. Pikirannya kembali lagi ke kejadian tadi. Tiga kata yang diucapkan Aaron secara tiba-tiba, dan bagaimana itu mempengaruhi dirinya.

"Mi Amor ...." Lilith bergumam pelan, mengulangi panggilan dari Aaron yang sangat disukainya.

Saat dirinya sedang menikmati sensasi dingin dari metal kalung Aaron, suara pin pintu berbunyi. Keningnya berkerut.

Aaron?

Ia pun segera beranjak dari tempatnya untuk memastikan apakah itu Aaron atau bukan.

Tepat setelah ia sampai di depan pintu, pintu tersebut terbuka, menampilkan Aaron, masih dengan luka yang sama dan penampilan urakan.

Aaron yang tadinya menunduk segera mengangkat kepalanya saat melihat kaki telanjang seseorang di depannya.

"Why are you—"

Lilith tidak menyelesaikan kalimatnya. Aaron yang tidak membiarkan. Karena yang ia lakukan setelah mendengar suara Lilith adalah meraih tengkuk gadis itu dan menciumnya dalam.

Kaki Lilith terseret mundur karena Aaron yang terus maju. Tangannya mencengkram sisi baju Aaron agar dirinya tidak terjatuh akibat serangan Aaron yang tiba-tiba.

Merasa cengkraman di sisi bajunya, Aaron akhirnya mengangkat Lilith. Lilith hanya mengikuti setiap kemauan Aaron.

Aaron masih menciumnya dalam, namun lembut saat ia didudukan di atas countertop dapur yang ia tempati tadi.

Mereka seakan mencari kenyamanan di setiap pergulatan lidah dan bibir. Deru nafas keduanya terdengar nyaring di dapur yang sunyi.

Hingga akhirnya tempo Aaron mulai memelan, di situlah Lilith juga mulai mengisyaratkan untuk berhenti. Ia ingin dan harus melihat Aaron. Untung saja kemauan Lilith untuk berhenti diikuti Aaron.

Sesaat setelah keduanya membuka mata, pandangan mereka bertubrukan.

"Hey, pretty Lilith," sapa Aaron lembut kepadanya. Lilith tersenyum mendengar itu.

Burning HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang