happy reading!
leave some comments yaa###
Memasuki rumah dengan emosi yang masih membuncah saat orang tuanya sedang ada di rumah, memang bukanlah pilihan yang terbaik. Namun Liam sungguh kesal dengan Lilith. Ditambah lagi orang tuanya sudah berpesan untuk datang ke rumah, membuat tekadnya untuk pulang semakin besar. Walau begitu, rasa khawatirnya juga tak kalah besar dengan rasa kesalnya terhadap Lilith.
"Lilith, ada yang perlu Papa bicarakan sama kamu."
Suara ayahnya terdengar dari pintu depan saat Liam baru saja menutup kembali pintu setelah memasukinya. Dengan langkah besar, Liam berjalan menuju ruang tengah yang ia yakini asal dari suara Damian.
"We need to talk. About Aaron, your boy—"
"Gak usah ketemu Aaron lagi." Liam memotong perkataan ayahnya saat baru saja menginjakkan kakinya di ruang tengah. Memang tindakannya tidak sopan, namun ia tahu Damian pasti akan membahas soal Aaron juga.
Empat pasang mata yang ada di situ langsung tertuju ke arah Liam. Kening Lilith turun, tidak mengerti apa maksud Liam.
"Gue udah ngomong sama Aaron buat gak ketemu lo lagi. Jadi lo juga gak perlu ketemu dia lagi." Tatapannya terarah tajam kepada Lilith.
"LO GILA?" Lilith berteriak tidak percaya. Ia bahkan berdiri dari tempat duduknya saking kagetnya.
"Lilith, duduk."
"Dad??!" Lilith menoleh kepada ayahnya dengan tatapan tak terima.
Damian hanya mengangkat kedua keningnya. Kepalanya menurun sedikit. Seakan menyuarakan "Lilith?". Gestur yang selalu dipakainya yang berhasil membuat Lilith akhirnya menghempaskan tubuh kembali di sofa dengan kasar.
"Aaron udah kelewat batas, Lilith. Lo juga." Liam mengangkat dagunya ke arah Lilith. "Kenapa ikut urusan Scorpion?"
"Mending lo tanya itu ke Aaron daripada nyuruh dia buat gak ketemu gue lagi," balas Lilith sinis, lalu membuang muka ke arah kamar tamu yang ada di sebelah kanannya. Pikirannya langsung penuh akan Aaron. Tentang masalah Vegas yang sedang dihadapi Aaron, masalah Ajorka, dan kini tertambah Liam yang membuat semuanya menjadi lebih rumit. Dengan cara melarang dirinya bertemu dengan Aaron, membuat Lilith ingin menangis rasanya.
She can't give him any support, she can't give him any hugs, she can't give him any kisses—she can't be there for him.
Liam mengerutkan keningnya mendengar balasan Lilith. "Lo pikir gue nggak tau lo juga pernah ke arena waktu Aaron tanding sama Sescar?"
Kening Lilith berkerut. Ia tidak mengetahui Liam tahu bahwa ia bersama Aaron saat bertemu Sescar untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun.
"Tapi itu gue gak tahu apa-apa! Aaron tiba-tiba aja ngajak gue ke arena buat nonton dia tanding tanpa tau kalo lawannya itu Sescar," jelas Lilith, "dan gue gak nyesel ikut dia waktu itu."
Rahang Liam mengeras. Rasa geramnya kepada Aaron kembali muncul saat Lilith mengatakan bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang lawan Aaron saat Aaron mengajaknya ke arena, namun perasaan itu ditimpa rasa geramnya terhadap Lilith saat mengetahui Lilith menganggap hal itu sepele, sementara dirinya seperti akan menggila akan kekhawatiran terhadap adiknya itu sendiri.
"How could you not give a fuck about all of these? At least have some common fucking sense, Lilith," Liam berujar heran.
"Cause there is nothing to give a shit about! There isn't anything to be worried about, Liam, because it's all over. You're just being too much," elak Lilith.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burning Hearts
Fiksi Remaja[COMPLETED] Melewati dua keputusan besar di dalam hidup Aaron, yaitu mundur sebagai ketua Scorpion lalu menjadi bagian dari Vegas, berarti juga melewati banyak malam di berbagai macam club, arena balapan, bahkan kantor polisi, dan tentunya panggung...