20. Genre: Romance

381 26 0
                                    

Happy Reading!

###

Queue the music:
🎶 Fuck It I Love You - Lana Del Rey
🎶 Somewhere Tonight - Beach House

Aaron memasuki apartemennya setelah memasukkan kode pada pintu depan. Tubuhnya berputar balik sesaat ia masuk, mempersilahkan Lilith untuk ikut masuk juga. Setelah Lilith masuk, barulah ia menutup pintu.

Kaki Aaron langsung melangkah ke sebuah pintu dan membukanya yang sudah pasti itu kamarnya. Ia membiarkan pintu terbuka agar Lilith ikut masuk setelah dirinya.

Kunci motornya ia taruh di meja kecil yang ada di samping pintu, lalu ia berlajan ke arah jendela besar yang terhubung dengan balkon. Tirai yang menutupi jendela itu ia buka sedikit, membiarkan cahaya bulan dan gemerlap lampu bangunan di sekitar gedung apartemen Aaron untuk masuk ke kamarnya sebagai satu-satunya penerangan yang ada untuk saat ini.

Lilith hanya berdiri, memperhatikan Aaron sejak ia masuk. Dilihatnya, Aaron kini menghampiri nakas yang terletak di samping kasur yang bersprei abu tua. Terdapat bluetooth speaker diatas nakas tersebut, sepertinya Aaron sedang menyambungkan benda itu dengan ponselnya. Tak lama kemudian, suara lagu 'Fuck It I Love You' yang dinyanyikan oleh Lana Del Rey terdengar dari speaker itu dengan volume rendah. Berpindah dari speaker, kini tangan Aaron beralih ke lampu proyektor untuk dinyalakan. Sepertinya Aaron menyukai lampu-lampu warna-warni di dalam kamarnya. Tidak di apartemen, markas, dan studio, semuanya ada semacam lampu yang bisa menerangi seluruh ruangan dengan warna yang berbeda-beda.

Aaron pun menghempaskan tubuhnya ke kasur, dengan nafas panjang yang ia buang. Lilith hanya menatapnya. Kegiatan Lilith yang melihat setiap gerak-gerik Aaron sungguh candu. Lilith suka memperhatikan Aaron.

"Come here, Lilith."

Senyuman tipis Lilith terbit saat mendengar suara serak Aaron memanggil namanya. Ia pun melangkah mendekati Aaron yang saat ini memijat pelan pangkal hidungnya.

"Fuck, my head ...," lirih Aaron yang masih bisa didengar oleh Lilith.

Lilith menduduki kasur. Untuk sesaat, ia melihat Aaron. Kening Aaron ikut mengerut juga, menahan pusing yang menyerangnya.

Tidak tega melihat Aaron, Lilith mulai mengusap pelan rambut Aaron.

Tangan Aaron berhenti memijat pangkal hidungnya. Matanya terbuka dan pandangannya langsung bertabrakan dengan Lilith yang menatapnya lembut. Bilanglah ia berlebihan, namun ia tidak berbohong bahwa usapan dan tatapan lembut yang diberikan Lilith untuknya seolah menghilangkan semua rasa pusing yang ia rasakan.

"Pusing?" tanya Lilith, masih mengusap lembut rambut Aaron, namun kini ia ikut mengusap kening Aaron juga.

"Hmm ...," gumam Aaron dengan mata yang terpejam.

Walaupun Lilith tidak tahu apakah itu sebuah 'iya' atau 'tidak', tetapi ia tetap menundukkan tubuhnya dan memberi kecupan lembut di pipi Aaron.

Tubuh Aaron menegang mendapatkan kecupan Lilith yang masih bertahan selama tiga detik. Matanya langsung terbuka saat itu juga. Kemudian, ia merasakan benda kenyal itu menjauh dari pipi kirinya, digantikan dengan usapan lembut dari jemari Lilith di pipi kanannya.

Perlahan, bola matanya melirik Lilith yang wajahnya masih berjarak sangat dekat dengan wajahnya, sementara telapak tangan gadis itu masih menangkup pipinya dengan jempol yang mengusap pelan juga.

Burning HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang