happy reading, loves!
###
Kondisi dan percakapan dalam ruangan remang ini tanpa sadar membangun suasana yang tegang sendirinya. Sebagian besar orang-orang di sini berdiri walaupun ada yang duduk juga. Arah fokus mereka semua sama, dua orang yang duduk saling berhadapan dengan meja yang menjadi penghalang. Ruangan ini penuh oleh orang-orang yang berdiam bisu, membiarkan dua orang tersebut yang mengeluarkan suara mereka.
Walau ada sekitar 70-80an orang di dalam ruangan besar ini, bulu kuduk mereka berdiri seakan hanya ada diri mereka sendiri di dalam ruangan remang ini saat salah satu dari dua orang yang menjadi atensi mereka mengatakan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
"Mulai hari ini, Scorpion dan Ajorka resmi damai."
Bagi Gori sendiri sudah sedikit terbayang kata-kata ini akan ia dengar sebelum mereka menginjakkan kaki di tempat ini.
"Masih ada 90 meter lagi buat balik, fyi. Siapa tau lo berubah pikiran." Suara Gori terdengar dari interkom yang terpasang di helm masing-masing anggota Scorpion, tetapi semua tahu pasti perkataannya tertuju hanya kepada satu orang.
"Parkir di depan." Aaron, Si Satu Orang yang dimaksud Gori, mengabaikan apa yang ia dengar. Itu berarti ia tidak berniat untuk memutar balik motornya yang kemudian akan diikuti oleh anggota Scorpion lainnya.
Karena niat Aaron yang tidak berubah, di sinilah semua anggota Scorpion, mendengarkan mantan ketua mereka menyatakan perdamaian antara Scorpion dan musuh terbesar mereka, Ajorka. Suatu hal yang terdengar sangat tidak realistis karena semua juga tahu, sampai kapanpun tidak ada yang namanya Scorpion dan Ajorka bisa damai, apalagi yang menyatakannya sendiri adalah Aaron, orang yang sudah pasti akan maju paling depan perihal menolak perdamaian antara Scorpion dan Ajorka.
Sescar bangkit dari duduknya, diikuti oleh Aaron. "Oke. Semua kelar di sini. Ajorka dan Scorpion resmi damai."
Anggota Ajorka juga tak beda dengan anggota Scorpion. Rasanya tak nyata mendengar ketua mereka menyepakati keputusan yang lebih dahulu disampaikan oleh Aaron sendiri, mantan ketua Scorpion yang sudah tidak asing dijuluki sebagai musuh terbesar Ajorka— Sescar lebih tepatnya. Entah apa yang disogok Aaron, tapi yang pasti berhasil membuat Sescar tergiur.
Aaron mengangguk kemudian menyambut uluran tangan Sescar. Keduanya membenturkan bahu mereka setelahnya.
Pemandangan ini masih membuat orang-orang selain Aaron dan Sescar merinding. Tapi, di sisi yang lain ada juga yang merasa lega. Permusuhan antara dua geng ternama di kota ini berakhir setelah bertahun-tahun dengan cara yang baik, tidak mengobarkan nyawa.
Daelan yang ikut menyaksikan semuanya dari awal hingga akhir menghembuskan nafas lega. Kini, ia benar-benar bisa meneruskan Scorpion. Orang pertama yang Aaron samperi saat memutuskan untuk memulai perdamaian antara Scorpion dan Ajorka adalah Daelan. Ia waktu itu berkata kepada Daelan untuk benar-benar menyudahi apa yang ia tinggalkan begitu saja. Daelan yang mendengarnya tentu saja menyetujui rencana Aaron yang sekarang terlaksanakan dengan sukses.
Tetapi, Daelan yakin ada hal lain yang lebih mendesak Aaron untuk segera mengadakan perdamaian ini. Sesuatu yang tentunya lebih penting dari sekedar membuat Daelan lanjut memimpin Scorpion dengan tenang. Sesuatu yang tak lama kemudian terbuktikan saat Aaron menghampiri anggota inti Scorpion yang berdiri di sebelahnya.
"Gue cabut duluan. Masih ada satu yang masih harus gue urus," ujar Aaron kepada Gori.
"Lah, bukannya masalah Vegas udah kelar semua?" Sebastian yang menyahut.
"Bukan Vegas, goblok," balas Gori, menabok kepala Sebastian.
"Ya, apa dong?"
"Apa lagi kalo bukan Lilith."
KAMU SEDANG MEMBACA
Burning Hearts
Fiksi Remaja[COMPLETED] Melewati dua keputusan besar di dalam hidup Aaron, yaitu mundur sebagai ketua Scorpion lalu menjadi bagian dari Vegas, berarti juga melewati banyak malam di berbagai macam club, arena balapan, bahkan kantor polisi, dan tentunya panggung...