16. Just the Two of Us

397 33 1
                                    

Happy Reading!!

###

Jantung Lilith seakan terhenti. Namun, sedikit demi sedikit, ia mencoba menenangkan dirinya walaupun jantungnya tidak ingin menuruti. Dengan begitu, matanya mulai terpejam, menerima ciuman Aaron yang sungguh membuatnya menggila.

Saat merasakan tubuh Lilith yang sudah tidak sekaku seperti sebelumnya, Aaron kembali memanggut bibir Lilith, masih dengan caranya yang sama- perlahan dan lembut. Lilith hanya diam saja, membiarkan dirinya terbiasa dengan perlakuan Aaron.

Perlahan, Aaron menjauhkan wajahnya dari Lilith sehingga ciuman itu terlepas, bersamaan dengan tangannya yang lepas dari pipi Lilith. Matanya yang layu segera mencari manik mata Lilith.

Lilith masih terpaku dengan apa yang baru saja terjadi. Pikirannya seperti tidak bekerja, lututnya juga sepertinya tidak mau bekerjasama karena rasa lemas yang menyerangnya secara tiba-tiba setelah Aaron menyudahi ciuman mereka. Ia tidak bisa bertatapan dengan Aaron sekarang, apa yang bisa ia lakukan hanyalah menundukkan kepalanya dan berharap kakinya tidak luruh kapan saja.

Melihat Lilith yang menghindari kontak mata dengannya, Aaron menelan ludah. Ia ingin mengetahui apa yang di pikiran Lilith saat ini. Ia ingin mata itu menatap matanya agar ia bisa menyelam di balik tatapan Lilith untuk mencari jawaban atas segala yang ada dipikirannya.

Seperti mengetahui isi hati Aaron, tangannya seakan bergerak sendiri dengan
spontan untuk mengangkat dagu Lilith setelah sekian lama terdiam.

Mata mereka pun kembali menyapa satu sama lain. Aaron segera mencari kilatan itu di dalam mata Lilith, ia ingin tahu apakah Lilith bermasalah dengan apa yang baru saja terjadi atau tidak.

Begitu mata mereka bertemu, Lilith langsung menyadari ada yang sedang mengganggu Aaron. Terlihat dari begitu cepatnya perpindahan tatapan mata Aaron di antara dua matanya.

Tidak ingin Aaron memikirkan yang tidak-tidak, dengan cepat Lilith memastikan segala yang dipikirkan Aaron itu salah dengan memegang tangan Aaron yang berada di dagunya, lalu mengusapnya pelan. Lilith mengisyaratkan bahwa semuanya baik-baik saja.

Usapan dari Lilith membuat Aaron mengembuskan nafasnya lega. Perasaan lega itu bertambah ketika Lilith memeluknya dengan erat. Matanya terpejam erat menyerapi pelukan itu, dan dengan segera tangannya membalas pelukan Lilith tak kalah eratnya.

Mereka hening bersama-sama, saling tidak mengeluarkan suara dan membiarkan pelukan mereka menjadi suara hati masing-masing.

Untuk sekian lama mereka hanya meresapi pelukan mereka. Tenggelam dalam pikiran dan perasaan masing-masing.

Hati Aaron terasa sangat lega. Sangat. Seperti sebuah beban besar yang baru saja dikeluarkan dari sana.

Ia memeluk Lilith lebih erat lagi.

"Aaron?" seru Lilith. "What if the police caught us?" celetuknya tiba-tiba.

Aaron mengerutkan keningnya mendengar Lilith. "Hm? What do you mean?"

Lilith memundurkan dirinya hingga pelukan mereka melonggar. Aaron segera menatap manik mata Lilith dengan bingung saat mereka kembali berhadapan. Lilith pun menunjuk sesuatu di balik badan Aaron dengan kepalanya. Mengerti kode Lilith, Aaron segera menoleh ke belakang.

"Shit."

Sirine polisi terdengar. Mereka terlihat.

Telapak tangan Aaron segera meraih telapak tangan Lilith dan menggenggamnya erat. Tak sampai satu detik, Aaron langsung berlari dari situ. Lilith juga ikutan berlari karena polisi yang mengincar mereka.

Burning HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang