49

554 64 119
                                    

Walo peminatnya makin menyusut, makasih ya buat yang masih setia nunggu cerita ini🤗 🙆‍♀️

Maaf kalau udah lama ga update. Pokoknya alasannya klasik dan itu-itu aja 😌😁

Yang penting, jangan lupa vomentnya. Biar aku bisa cemungut lagi ☺

Selamat membaca 😉

"Gimana? diterima?" tanya Iqbal ketika melihat Yaya keluar dari ruangan dosen, saat siang ini dirinya menunggui sang kekasih yang tengah bimbingan untuk pengajuan skripsi.

Yaya mengangguk sambil tersenyum lega. Setelah tiga kali revisi, akhirnya proposal skripsinya di acc oleh kedua dosen pembimbingnya.

"Alhamdulillah," balas Iqbal dengan semburat senyum seraya mengusap bahu Yaya.

"Laper ga yang?" tanya Yaya.

"Pake nanya. Sejam ini."

"Ya maap. Aku kira kamu udah melipir ke kantin pas aku bimbingan tadi," balas Yaya yang memang hampir satu jam lamanya berada di ruangan dosen untuk berkonsultasi dengan kedua dospemnya sekaligus.

"Belum lah. Kelamaan ga ngampus, jadi ga pede ngantin sendirian. Di Fakultas orang lagi."

"Seorang Iqbal? ga PD? massaaa..?" ucap Yaya dengan wajah mencibir tidak percaya.

Iqbal hanya berdecak singkat, lalu selanjutnya menepuk-nepuk perlahan punggung Yaya sebagai kode untuk mengajak kekasihnya itu segera beranjak  pergi meninggalkan lorong ruang dosen Fakultas Bahasa dan Seni.

"Iya.. iya," jawab Yaya dengan perasaan sedikit bete. Entah ini hanya perasaannya saja atau bukan, dia merasa Iqbal sedikit berubah. Pacarnya itu kok seperti menjaga jarak darinya.

Awalnya Yaya tidak terlalu menyadari karena setelah dari Semarang mereka memang tidak bertemu lagi. Saat itu Iqbal langsung menjalani karantina dan lanjut bertolak ke Thailand selama kurang lebih satu bulan. Namun saat sang kekasih kembali ke Indonesia sehari yang lalu, entah mengapa Yaya merasa kekasihnya itu tidak seperti biasanya yang hobi sekali physical touch, meskipun untuk perhatian yang lain, cowoknya itu tidak berubah sama sekali. Bahkan Iqbal tidak lupa membelikan banyak oleh-oleh dari Negeri Gajah Putih untuk dia sekeluarga.

"Yang..," Yaya meraih pergelangan tangan Iqbal saat kekasihnya itu hendak melangkah.

"Kenapa?"

"Makan diluar aja yuk. Aku stress," keluh Yaya dengan wajah penuh harap sembari matanya melirik tangannya yang ternyata tidak disingkirkan oleh Iqbal

"Mau kemana?"

"Mall aja. Sekalian nonton," jawab Yaya. "Kamu ga ada janji sama temen-temen kamu kan?"

Iqbal menggeleng. Dia tadi memang sudah bertemu dengan anak-anak di UKM Olahraga untuk memberi mereka oleh-oleh dari Thailand. Dan kalau tidak ada halangan, besok Iqbal berencana mentraktir para pengurus baru di UKM tersebut yang sekarang di ketuai oleh Yoga, mumpung saat ini semua atlet taekwondo Pelatnas sedang mendapat jatah libur selama sepekan setelah berhasil menjadi juara umum di Thailand Open kemarin. "Mau nonton apa?"

"Apa ajalah. Yang penting ada hiburan," Yaya menjawab dengan bibir yang sedikit dimanyunkan.

"Emang kamu ga terhibur ketemu sama aku?" canda Iqbal yang dibalas Yaya dengan dengusan.

"Kamu aneh," respon Yaya.

Iqbal maklum kenapa Yaya sampai berkata seperti itu. Dia sengaja tidak cerita kepada kekasihnya perihal Mamahnya yang sudah melihat foto tidak senonoh mereka berdua.

Pacar untuk Aryani {JINRENE} [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang