11

862 119 86
                                    

Ayo.. vote & komen yah 😉

Belum sempat Yaya mengajukan protes atas permintaan Iqbal. Pemuda itu malah sudah membuka suaranya lagi yang membuat beban pikiran gadis tersebut semakin bertambah.

"Ntar lo bantuin nyokap gue masak ya," ucap Iqbal dengan kepalanya yang sedikit ditolehkan ke belakang.

Yaya yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri, bahkan belum menjawab permintaannya Iqbal. Sampai sebuah tepukan di punggung tangannya yang melingkar di perut pemuda tersebut, membuatnya sedikit tersentak kaget.

"Harus banget ya gue ikut?"

"Hah? lo ngomong apa?" Iqbal berucap cukup kencang, karena tidak jelas mendengar perkataan Yaya. Ditambah lagi, masker yang menutupi mulut gadis itu, membuat suaranya seperti terbang terbawa angin.

Gadis itu pun menghembuskan napas sejenak. Pantas saja kalau Iqbal tidak jelas mendengarnya. Karena tadi, dia juga memang mengatakannya tidak terlalu keras.

Yaya memajukan kepalanya agak kedepan. "Emang nyokap lo mau masak apa? ada acara apaan sih?" bukannya mengulang pertanyaan yang tadi, dia justru menanyakan hal lain, seolah sudah setuju untuk diajak Iqbal ke rumahnya.

Yaya bukanlah tipe orang yang tidak tahu berterimakasih. Bagaimanapun juga, Iqbal sudah mau bersusah payah membantunya sampai ke tempat ini. Sehingga dia pun mempunyai kewajiban untuk membalas budi pemuda tersebut.

Dan lagi, alasan kenapa Yaya akhirnya menyetujui ajakannya Iqbal. Karena uangnya bulan ini sedang menipis, akibat beberapa hari lalu dia sudah banyak mengeluarkan biaya untuk membeli alat-alat praktek kuliahnya. Sedangkan dia sendiri juga tidak tahu, apa yang diinginkan oleh Iqbal untuk dimakan. Sehingga dia takut nanti uangnya tidak akan cukup kalau kalau Iqbal malah meminta ditraktir di tempat yang mahal.

"Ga ada acara apa-apa. Cuma masakin buat Bokap gue yang balik dinas," jawab Iqbal sedikit memiringkan kepalanya.

"Emangnya Bokap lo dinas dimana?" Yaya mendadak kepo.

"Kodam Surabaya," jawab Iqbal agak melihat kearah Yaya.

Yaya pun mengingat-ingat apa itu Kodam. "Bokap lo tentara?" tanyanya agak terkejut setelah mengetahui kalau Kodam itu kan kepanjangan dari Komando Daerah Militer.

Iqbal mengangguk, membuat Yaya melongo tidak percaya. Apalagi kalau mengingat kelakukan Iqbal yang agak semau gue, seolah tidak cocok menjadi anak tentara yang seharusnya tidak slengekan seperti itu.

Itu hanya pendapat pribadi Yaya saja sih. Tentu saja, pekerjaan orang tua, tidak ada hubungannya dengan karakter anak-anaknya.

"Serius?" Yaya masih tidak yakin, sampai membuat Iqbal menoleh penuh kebelakang untuk menatap Yaya, saat mereka sedang berhenti di lampu merah.

Terlalu nyaman dengan posisi boncengan mereka saat ini. Dengan santainya, seakan Yaya itu memang kekasihnya sendiri. Iqbal malah meletakkan tangan kirinya di paha kirinya Yaya, seraya menepuk tempurung lutut gadis tersebut. "Kenapa? ga percaya?" protesnya yang tentunya membuat si gadis langsung membeku saat menatap paha kirinya yang ditumpangi oleh sikunya Iqbal.

Merasa tidak direspon oleh Yaya, Iqbal yang masih menengok kebelakang. Justru bergumam sambil mengusap-usap lututnya Yaya. Yang tentu saja, sukses membuat hati gadis itu kalang kabut dibuatnya.

"Malah diem!" tuntut Iqbal yang sebenarnya cukup jelas merasakan gesture tubuh serta ekspresi kegugupan yang terpancar dari sorot matanya Yaya.

"Heh..?" Yaya hanya merespon singkat. Sebelum akhirnya suara klakson dari truck yang berada di belakang mereka, cukup mengagetkannya, hingga dia pun reflek menepuk bahunya Iqbal agar pemuda itu segera menjalankan motornya karena lampu lalu lintas sudah berganti menjadi warna hijau.

Pacar untuk Aryani {JINRENE} [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang