47

527 61 74
                                    

Vomentnya jangz lupa yaaaay 😉

Cukup terkejut mendengar ucapan Yaya, Iqbal yang sempat terdiam karena dilanda dilema, lantas berujar lembut seraya mengusap lelehan air mata yang terlihat membasahi mata dan pipi kekasihnya itu. "Pulang aja ya yang. Aku udah janji sama Bapak buat nganterin kamu tepat waktu."

Yaya yang merasa malu karena permintaannya ditolak oleh Iqbal, hanya bisa terdiam dengan kepala yang sontak tertunduk, tidak berani bertukar pandang dengan sang kekasih.

"Yanggg...," Iqbal meraih dagu Yaya, mencoba mencari atensi kekasihnya. "Ga marah kan?"

Terpaksa menatap Iqbal, Yaya pun menggeleng dengan perasaan berat sembari menyeka air matanya.

"Bener?" Iqbal seperti belum percaya.

"Iya," meskipun pelan Yaya akhirnya buka suara.

Sebenarnya Yaya merasa bingung dengan dirinya sendiri. Di satu sisi dia ingin menghindar agar Iqbal tidak bertanya-tanya tentang perkataannya Lusi tadi. Namun disisi yang lain, dia juga membutuhkan sang kekasih untuk menjadi tempatnya bersandar saat ini.

Andai bukan karena janjinya kepada Pak Teguh, sungguh Iqbal ingin membawa Yaya untuk dipeluknya semalaman ini guna meredakan kegundahan hati gadisnya tersebut.

Setelah sepakat, Iqbal pun akhirnya membawa kendaraannya meninggalkan tempat makan ini untuk kembali ke rumah Yaya dengan beribu pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya.

Namun meskipun begitu, Iqbal berusaha menahan diri untuk tidak menanyakan apapun kepada Yaya yang kini lebih banyak diamnya. Dan sekarang, hanya usapan-usapan lembut di jemari sang kekasih yang melingkari pinggangnya, yang dapat dia lakukan untuk menenangkan perasaan gadisnya itu.

Hingga setelah kurang lebih lima belas menit perjalanan, saat Iqbal melihat waktu di arlojinya telah menunjukkan pukul 20.57 WIB, mereka pun akhirnya sampai di kediaman keluarganya Yaya. Dimana saat mereka berdua masuk kedalam, diruang keluarga ternyata sedang ada Mas Bagus dan Mba Gina yang tengah mengobrol dengan kedua orangtuanya.

"Pada jalan-jalan kemana? kok jam segini udah pulang? malam minggu lo iki," goda Bagus yang cukup excited saat tadi diberitahu oleh Ibunya perihal sang adik yang mulai menjalin hubungan dengan seorang pemuda yang merupakan saudaranya Gunadi. Bahkan tadi dia juga sudah menghubungi sang sahabat untuk bertanya detail tentang pemuda yang bernama Iqbal itu.

"Ke UDP," jawab Yaya yang mencoba memasang tampang ceria. "Beli babat gongsonya Pak Gareng donggg."

Bagus lantas manggut-manggut, lalu meminta adiknya dan pemuda yang bernama Iqbal untuk ikut duduk mengobrol karena dia ingin mengenal kekasih adiknya itu lebih dekat.

"Gimana jalan-jalan di Semarang? seneng?" tanya Bagus kepada Iqbal.

"Seneng Mas. Makanannya enak-enak," jawab Iqbal yang sedikit gugup saat berhadapan dengan Kakaknya Yaya.

"Sampai kapan disini?"

"Besok sudah pulang. Penerbangan jam 1/2 3 sore."

"Oh, Mas kira sampai Selasa kayak Ajeng."

"Ga Mas. Minggu malam sudah harus masuk Pelatnas lagi."

Bagus yang sudah mendapat informasi tentang Iqbal, lantas teringat sesuatu saat menatap seksama paras pemuda tersebut.

"Oalah... kamu ini Iqbal muridnya Master Ragil kan?"

"Iya Mas," Iqbal mengangguk. "Saya juga seniornya Zulfikar di kampus," jelasnya yang setelah mengingat siapa itu Mas Bagus, dia pun langsung menghubungi Zulfikar dan pelatihnya untuk bersedia membantunya bersandiwara. Mengantisipasi kalau-kalau nanti Kakak kekasihnya itu mencari tahu asal usulnya, karena memang hanya beberapa orang saja di lingkup taekwondo yang mengetahui latar belakang keluarganya.

Pacar untuk Aryani {JINRENE} [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang