43

714 62 69
                                    

Yaya.. diam.. diam menghanyutkan ya kamu 😁

Hayooo, adakah yang kelakuannya kaya Yaya?

Otor... Otor... 🙋‍♀️🤭

Yuk, vomentnya dulu 😉

"Terus... kamu inget ga nama Bapak yang nolongin kamu itu?"

Meskipun sempat bingung dengan tatapan bertanya yang diberikan oleh Yaya, pada akhirnya Iqbal pun menggeleng untuk merespon pertanyaan sang kekasih.

"Mungkin Mamah yang inget," ujar Iqbal.  "Emang kenapa?" gantian Iqbal yang bertanya dengan pandangan intens kepada Yaya.

Berbalik mendapat tatapan tak biasa dari Iqbal, Yaya menjadi bingung apakah dirinya harus bercerita yang sebenarnya atau tidak.

"Gapapa sih. Cuma dulu pernah denger cerita yang kayak gitu juga," Yaya memutuskan untuk berbohong. Dia hanya belum siap kalau nantinya Iqbal akan bertanya asal usul keluarganya lebih dalam. Lagipula, Yaya juga belum yakin apa memang pria yang menolong Mamahnya Iqbal itu adalah benar Ayahnya atau bukan.

"Oh ya? denger darimana? kamu tau orangnya?" Iqbal terlihat takjub.

Yaya akhirnya memilih untuk menggeleng. "Lupa denger dari siapa. Udah lama juga sih," jawabnya sambil mengangkat bahu.

Sepertinya nanti Yaya akan bertanya kepada Ayahnya tentang hal ini.

Iqbal hanya membulat bibir. "Mungkin klo ketemu lagi, aku bakal inget muka tuh Bapak."

"Serius? kan kamu masih kecil waktu itu," balas Yaya dengan wajah kaget dan tidak percaya.

"Ga percaya! gini gini tuh ingatanku kuat ya."

"Masa?" Yaya malah memberikan tanggapan dengan tampang meledek. "Kamu aja ga ngenalin aku."

Iqbal tersenyum tipis.

"Habisnya kamu berubah," sanggah Iqbal lalu mendekatkan bibirnya ke telinga kanan sang kekasih. "Jadi cantik banget," bisiknya ditambahi seulas senyuman menggoda. Membuat Yaya sontak tersenyum tersipu saat menerima gombalan dari kekasihnya itu.

Hingga suara seorang petugas kesehatan yang memanggil pasien atas nama Diajeng Aryani Sasmito, membuat keduanya menyudahi obrolan dan Yaya pun langsung bangkit dari duduknya untuk menuju ke ruangan dokter guna diperiksa. Sementara Iqbal, tetap menunggu di tempat semula.

Setelah kurang lebih sepuluh menit diperiksa, Yaya pun keluar dari ruangan dokter dan setelah menyerahkan resep dokter ke bagian obat, dia pun duduk kembali di sebelahnya Iqbal untuk menunggu gilirannya dipanggil lagi.

"Dokter bilang sakit apa?" tanya Iqbal.

"Biasa. Demam, radang."

"Kamu kok kayaknya sering banget radang ya?"

Yaya mengangguk.

"Dari kecil. Kalau kena debu, kehujanan sama ngerasain udara dingin, udah deh pasti jatuhnya dapet radang kayak gini," jawab Yaya yang sebenarnya sudah diresepkan obat radang oleh Ayahnya yang seorang perawat. Namun sayangnya dia malah lupa membawanya saat KKN, sekaligus juga tidak mengingat nama obat tersebut.

Iqbal manggut-manggut. "Yaudah jaga kesehatan. Makannya yang bener yang sehat. Sekalian di doping minum vitamin biar ga gampang sakit," pesan Iqbal dan Yaya mengangguk. "Udah dibayar belum?"

"Kan pake BPJS. Gratis," jawab Yaya.

"Kan alamatmu Semarang. Emang bisa dipake disini?"

"Bisa dong. Asal masih Faskes tingkat pertama, maksimal bisa dipakai tiga kali di Kota lain kok," jelas Yaya. "Ketauan nih ga pernah pake BPJS," ledek Yaya.

Pacar untuk Aryani {JINRENE} [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang