36

526 60 70
                                    

Voment-nya yaaa sodara sodara 😉

Awas ada ucapan vulgar ✌

"Assalamu'alaikum... Ajeng... Ajeng."

"Mlebu wae (masuk aja) Sil. Aku neng (di) dapur," teriak Yaya dari arah dapur untuk menyahuti salamnya Sisilia atau yang sering dipanggil Sisil -sahabatnya semenjak SMA- yang bertamu ke rumah siang ini.

Meskipun Sisil sudah tahu kalau setelah kuliah, Yaya tidak menyebut dirinya sendiri dengan nama Ajeng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun Sisil sudah tahu kalau setelah kuliah, Yaya tidak menyebut dirinya sendiri dengan nama Ajeng. Tapi karena sudah kebiasaan, sahabatnya itu tetap saja memanggilnya dengan nama Ajeng seperti orang lain yang mengenalnya sejak kecil. Dan sepertinya hanya orang-orang di Jakarta lah, yang memanggilnya dengan nama Yaya. Nama Yaya sendiri tercetus dari Mpok Etdah yang saat Ariyani dulu memperkenalkan dirinya, si Mpok justru spontan memanggil dia dengan sebutan Yaya. Yang akhirnya nama itulah yang dipakai oleh Yaya untuk berkenalan dengan teman-temannya di Jakarta, kala dia sudah terlalu muak dengan nama Ajeng.

"Masak opo (apa) ik Jeng? tumben upyek neng (sibuk di) dapur?" tanya Sisil saat sudah berada di dapur rumahnya Yaya dan melihat sahabatnya itu tengah menggoreng sesuatu.

"Gawe (bikin) tahu gimbal," jawab Yaya masih fokus menggoreng adonan gimbal yang sudah diracik oleh Ibunya. Gelem rak (mau ga)? nek iyo tak gawekno sisan (kalau mau, aku bikinin sekalian)," tawar Yaya sekilas menoleh kearah Sisil.

"Sing (yang) masak Ibu?" tanya Sisil seraya berjalan mendekati sang sahabat.

"Iyo."

"Yo jelas gelem lahhh (mau lahhh)," jawab Sisil antusias.

"Njuk nek aku sing masak, koe moh ngono (terus kalau aku yang masak, kamu ga mau gitu)?" sindir Yaya sambil memicingkan mata. Lagi lagi menatap sang sahabat yang sekarang tengah terkekeh.

"Soale gaweanmu ki durung (soalnya bikinanmu tuh belum) terbukti kelezatannya," balas Sisil masih dengan sisa tawa selepas meledek sahabat baiknya yang sudah hampir dua minggu ini pulang kampung ke Semarang.

Dan Yaya cuma mendecih seraya mengangkat gimbal udang yang sudah matang menggunakan spatula dan alat peniris.

"Ibu neng ndi (kemana) Jeng?" tanya Sisil sambil berjalan menuju kursi makan yang berada didekat rak piring.

"Metu karo (keluar sama) Bapak," jawab Yaya sambil memasukkan lagi adonan gimbal yang masih mentah kedalam wajan penggorengan berisi minyak panas.

"Mas Bagus?"

"Neng omahe calonne (dirumah calonnya). Lagi mbahas rencana nikahan," jawab Yaya yang sedetik kemudian terdengar suara helaan napas yang cukup keras dari Sisil, sampai membuat Yaya menoleh kearah sahabatnya yang kini tengah duduk bersandar di kursi. "Nopo (kenapa)?" tanya Yaya sambil tersenyum mengejek saat melihat ekspresi merananya Sisil yang terlampau dibuat-buat.

Pacar untuk Aryani {JINRENE} [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang