Vote & Komen dulu atuh 😉
"Mbaaa, jadi bareng ga?"
"Iyaaaa. Tunggu bentar," sambil masih menempelkan ponsel di telinga untuk menelpon Iqbal. Yaya menjawab teriakan Riri yang terdengar dari arah luar kamarnya.
Tadi malam, setelah chat yang dia kirim untuk Iqbal tidak kunjung dibalas, Yaya yang memang dasarnya sudah mengantuk. Lama-lama pun tak kuasa menahan godaan bantal dan kasur nyamannya untuk perlahan-lahan mulai memejamkan mata menuju ke alam mimpi. Dengan pikiran yang terbagi antara obrolannya bersama Jojo, serta ingatan tentang ciuman pertamanya dengan sang kekasih.
Hingga akhirnya selepas bangun dan sholat subuh, Yaya yang baru menyadari kalau ponselnya ternyata lowbat dari semalam, lantas mengisi ulang daya ponselnya itu dan mendapati chat balasan dari sang kekasih yang membuatnya mendecih sambil tersenyum malu-malu. Yang kemudian, dia pun membalas agar pacarnya itu menjemputnya di kosan jam setengah delapan pagi, dan pura-pura mengabaikan godaan dari mas pacar perihal ciuman mereka. Karena kalau dia menanggapinya. Sudah pasti, Iqbal akan meledeknya habis-habisan mengenai kejadian semalam.
Namun ternyata, sampai satu setengah jam berlalu, chat yang dia kirim tadi, belum juga dibalas oleh Iqbal. Dan justru Subah lah yang menghubunginya, mengatakan kalau ada bagian di pelaporan tugas kelompok mereka yang tidak sanggup dikerjakannya seorang diri. Sehingga membuat Yaya dan pemuda itu pun janjian untuk bertemu dikampus lebih awal, guna menyelesaikan tugas yang sudah harus dikumpulkan pukul 8 pagi ini.
Merasa tidak enak kalau Riri yang dia tebengi, harus menunggu terlalu lama. Yaya yang sudah selesai bersiap diri, dan masih tidak bisa menghubungi Iqbal, lantas mengirim pesan ke pacarnya itu agar tidak usah menjemputnya di kos. Karena dia akan berangkat ke kampus bersama adik kosnya.
"Mbaaaa, ayoook!" Riri berteriak lagi sambil mengetuk pintu. Membuat Yaya sedikit kalang kabut karena sepertinya adik kosnya itu harus segera berangkat. Sedangkan dia sendiri belum sempat memasukkan beberapa buku mata kuliahnya hari ini kedalam tas.
"Iyaaaa sabar... sabar...," ucap Yaya setelah keluar dan mengunci kamarnya, mendapati adik kosnya itu sudah standby dengan raut wajah setengah panik. "Baru juga jam tujuh kurang seperempat," Yaya melihat kearah arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Dosen mata kuliah gue ini on time banget Mba orangnya. Telat lima menit aja, udah langsung disuruh out dari kelas," jawab Riri dengan gerakan tangannya yang menebas leher.
"Siapa emang?"
"Bu Marlina," balas Riri yang membuat Yaya membulatkan bibir membentuk kata "oh" karena memang sudah mengetahui bagaimana sepak terjang kedisiplinan dari Kaprodi Jurusan Seni Tari tersebut.
"Oalah.. yaudah ayo buruan!" sekarang gantian Yaya yang memburu-buru agar segera berangkat, karena dia tidak ingin adik kosnya itu terkena masalah dengan si dosen killer tersebut.
Riri lalu mengangguk.
Dan kemudian mereka berdua pun berjalan turun ke lantai satu, untuk selanjutnya berangkat ke kampus pagi ini menggunakan motor honda scoopy milik Riri, si gadis asal Banyuwangi itu.
🍂
"Jam berapa sih ini?" setelah menguap, Iqbal bergumam dengan suara serak sambil meregangkan kedua tangannya lebar-lebar dan juga menggeliatkan badannya ke kanan dan ke kiri. Berusaha membangunkan diri dari tidur nyenyaknya.
Seraya meraba-raba sekitar kasur, Iqbal pun akhirnya menemukan ponselnya yang ternyata berada di bawah tumpukan bantal.
"Astaghfirullahalazim," matanya yang tadi masih 5 watt. Sekarang sontak terbelalak ketika melihat di layar ponsel kalau saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Sedangkan dia belum sholat subuh sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar untuk Aryani {JINRENE} [END] √
Fiksi PenggemarKarena kejadian tak terduga, mendadak Aryani harus berurusan dengan Iqbal si Atlet Kampus serta Jody sang Ketua BEM. Kehidupan tenangnya sebagai mahasiswi tak menonjol pun akhirnya perlahan berubah. Bagaimanakah Aryani menjalani hari-hari selanjutn...