33

477 70 54
                                    

Tumben tumben bisa update cepet nih
Jadi...
Jangan lupa vote dan komen ya 😉

"Neng.. Neng Yaya," Yaya yang baru saja sampai di kos sore itu dan tengah memarkir motor yang dibawanya, sontak menoleh keasal suara dan sekarang dia melihat Mpok Etdah -orang yang diberi tugas oleh pemilik kosnya Yaya untuk menjaga dan beberes kosan- sedang berjalan kearahnya.

"Kenapa Mpok?" tanya Yaya setelah selesai menstandar motor.

"Ini ada surat buat Eneng," jawab Mpok Etdah seraya mengulurkan surat beramplop coklat yang langsung diterima Yaya dengan sedikit kerutan di dahi. "Dari Pulisi Neng," lanjut Mpok Etdah lagi untuk memberitahu namun dengan nada penasaran saat surat tersebut sudah berpindah tangan.

Yaya yang belum sepenuhnya menyadari, lantas buru-buru melihat asal surat tersebut yang ternyata sama persis dengan surat yang diterima oleh Iqbal tadi. Membuat tangannya sedikit gemetaran ketika hendak membuka dan membaca isinya.

"Untung tadi yang nerima Mpok Neng, bukan anak kosan," Yaya sampai lupa kalau Mpok Etdah masih didekatnya. Dan sekarang sorot mata wanita berusia 40 tahunan itu sedikit melirik kearah surat yang dipegang oleh Yaya.

Tersadar dengan suara Mpok Etdah, Yaya pun mengurungkan niatnya untuk membacanya saat itu juga.

"Makasih ya Mpok," ujar Yaya sambil melipat amplop coklat tersebut. "Ini saya cuma disuruh jadi saksi kok Mpok. Kan pas kapan itu saya pernah kecopetan," Yaya mencari alasan karena melihat raut wajah Mpok Etdah yang nampak kepo. Dan untungnya si Mpok manggut-manggut percaya mendengar kebohongannya. Yaya hanya tidak ingin dia jadi bahan gosip di kosan nantinya.

"Ya ampun Eneng pernah kecopetan? duh ati-ati ya Neng," balas Mpok Etdah dengan ekspresi khawatir dan gantian Yaya yang mengangguk. Lalu setelahnya mereka pun berpisah karena Yaya langsung naik ke kamarnya di lantai 2, sedangkan Mpok Etdah pergi ke tempatnya tinggal yang berada di sebelah rumah kos.

Setelah sampai di kamar, Yaya pun buru-buru membuka dan membaca apa isinya yang ternyata adalah pemanggilan dirinya sebagai saksi di kasus pertikaian antara Iqbal dan Hengky tempo hari. Membuatnya hanya bisa meneguk ludah, dengan dada yang berdebar kencang.

Yaya memang malam itu tidak ikut ke kantor polisi. Namun dia ingat kemarin pernah dihubungi oleh seorang pria yang bernama Fadil Rakhmat yang ternyata adalah Om-nya Jody yang juga pengacara yang akan menangani kasusnya ini, meminta data dirinya untuk keperluan penyelidikan polisi. Dimana dia lupa memberitahukan hal tersebut kepada Iqbal maupun Jody sampai sekarang. Dan mungkin saja surat pemanggilan ini bisa sampai ke alamat kosnya, karena Polisi sudah mengantongi data-data pribadinya.

"Ya Allah untung ga dikirim kerumah," Yaya hanya berhela napas seraya menepuk-nepukkan surat tersebut ke dadanya. Dia benar-benar tidak terbayang kalau surat pemanggilan ini dikirim menggunakan alamat di KTP dan diterima langsung oleh kedua orangtuanya.

"Kasih tau Iqbal ga ya?" Yaya bimbang dan cemas sendiri saat akan membuat keputusan, hingga tidak lama kemudian suara adzan maghrib mulai berkumandang. Membuat Yaya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, dan selanjutnya sholat serta berdoa meminta petunjuk kepada Allah.

🍃

Setelah selesai sholat maghrib, Yaya yang  masih merasa gamang apa harus memberi tahu Iqbal sekarang atau tidak terkait pemanggilan dirinya, sedikit terkaget ketika ponselnya tiba-tiba berdering dan itu ternyata dari lelaki yang baru saja dipikirkannya. Tidak ingin membuat pacarnya menunggu, Yaya pun langsung menerima panggilan tersebut.

Assalamu'alaikum

Wa'alaikumsalam. Lagi ngapain yang? udah sholat?

Pacar untuk Aryani {JINRENE} [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang