Bagian Dua Puluh Satu

3K 405 140
                                    

Thank U for reading~😊
Vote and commentnya di tunggu yaa~

**🚪🛏🛋**

"I.. I can help you with.. Blow job"

"Then do it"

Ansella jadi kaget sendiri dengan balasan Jevan. Dia pikir Jevan akan menolak tawaranya. 

"Kenapa diem? Ayok"

"Beneran?"

"Kok masih nanya.. Yang nawarin duluan tadi siapa?"

"Aku sih.."

"Yah ayo buruan"

Buset.

"Ah. Bodo amat!"

Ansella hendak mengambil jepitan rambutnya tapi Jevan menahan tangannya.

"Apa? Aku mau ikat rambut?"

"Don't do that. Aku yang akan pegang rambutmu. I like the view, without the"

Ah shit. So Mark learn that line from his dad!? 

Mark mengatakan hal yang sama setiap kali Ansella hendak mengikat rambutnya. Lelaki itu bilang dia lebih suka dia yang memegang rambutnya dan dia senang dengan pemandangan itu. So it's a copy!!

Ansella mengangguk kemudian perempuan itu menunduk untuk membuka ikat pinggang Jevan sementara Pria itu menahan rambutnya. Semakin Ansella menggerakkan tangannya semakin jantungnya berdegup dengan kencang. Dia bisa melihat bagian menggembung milik pria itu. Dan Ansella tidak tau akan seperti apa ukuran di dalamnya. Dia sudah pernah---sering melihat punya Mark dan lelaki itu tidak bisa di katakan kecil. So, how about his dad? 

Selesai! Ansella sudah selesai melepas ikat pinggang milik Jevan dan sekarang tinggal menarik turun zip celana kain yang di pakai pria itu. Sedikit lagi sampai akhirnya----

Tokk

Tokk

Tokk

"Paaaa.. I need your help!"

"Fuck"Jevan menggeram kesal saat mendengar suara Mark dari depan pintu kamarnya. Sedangkan Ansella menggigit bibir. Kenapa Mark harus datang di saat seperti ini sih!? Apa karena tadi Ansella menyebutkan namanya dalam hati? Oh c'mon Mark not genie!

"What kind of help"ujar Jevan. Tangannya masih menahan bahu Ansella sementara Perempuan itu masih berjongkok di depannya.

"It's urgent. Okay!"

Jevan menghela nafasnya kemudian pria itu akhirnya berdiri begitupun dengan Ansella. Jevan membuka pintu lalu Mark masuk ke dalam kamarnya. Mata lelaki itu tak sengaja bertatapan dengannya dan Ansella langsung mengalihkan wajahnya. Apa-apaan sih bikin malu saja.

"Apa? Kamu butuh apa sih?"

"Sini duluu"Mark menarik tangan Jevan keluar tapi masih sempat-sempatnya memberikan jari tengahnya ke arah Ansella.

"🖕"

"Sialan"Ansella mencibir tindakan Mark barusan. Perempuan itu kemudian pergi ke meja rias dan melihat tanda merah di lehernya.

"I think he is a vampire"

-------

"Apasih Mark!?"

"I.. I lost my key Pa!"

"Ya kalau kunci Kamu yang hilang kenapa malah ngomongnya sama Papa sih. Kamu carilah sendiri!"ujar Jevan sebal dengan tingkah anak tunggalnya itu.

"That's why I ask you Pa. I need your help!"balas Mark. Padahal itu hanya akal-akalannya saja. Mark tau semuanya. Dia sudah memasang kamera di kamar Papanya dan begitu dia pulang dan melihat adegan tak senonoh dari kamera pengawas yang ada di kamar Papanya, Mark lalu dengan cepat pergi ke kamar ingin menggagalkannya.

Karmasutra••Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang