Bagian Tiga Puluh Delapan

3.6K 335 59
                                    

"Pliss plisss.. Semoga bukan dia. Semoga bukan dia.."

Ansella mengulangi ucapannya terus-terusan. Perempuan itu tengah di buat deg deg an dengan kertas hasil pembagian dosen pembimbing di tangannya. Ansella harap-harap cemas dengan nama dosen yang akan tertera disana. Dia berharap bisa mendapatkan dosen pembimbing yang baik dan yang paling penting tidak galak.

Ansella melihat dengan satu mata tertutup lalu membuka dengan perlahan kertas tadi. Begitu berhasil mengintip nama yang tertera disana matanya seketika terbuka lebar dan bibirnya langsung mencebik kesal.

"Sialan. Kenapa harus dia sih!?? Anjirrrrrr!! Akhhh"ujarnya frustasi. Apa yang dia harapkan sangat jauh dari bayangan. Bukannya mendapatkan dosen baik berhati malaikat Ansella justru mendapatkan sebaliknya. Nama dosen yang tertera sebagai dospemnya adalah salah satu dosen yang terkenal galak di fakultasnya. Mati dia.

Ansella hampir saja merobek kertas ditangannya untungnya usahanya itu di gagalkan dengan kedatangan Renatta yang langsung duduk di sebelahnya.

"Jadi gimana Sell?? Dapet siapa?"
tanya perempuan itu penasaran.
Ansella menoleh ke arah Renatta itu dan langsung memasang ekspresi merana.

"Gue dapet bapak Lu! Akh ini mah mimpi burukkk"ujarnya. Dospemnya itu dosen wali Renatta makanya Ansella sebut begitu.

"Hah? Maksudnya Pak Bagus?"tanya Renatta. Bukan hanya Ansella yang kaget tapi dia juga.

"Iya njir!! Dia! Haihh.. Mana dia pembimbing satu lagi. Bakalan abis sih ini di marah-marahin. Mana orangnya detail bangettt kan Nattt? Akhhh.."Ansella mencak-mencak kesal. Di pikirannya sekarang sudah langsung terbayang bagaimana kehidupan bimbingannya nanti. Apalagi dosen pembimbing yang dia dapatkan memang tipe dosen yang super ribet dan banyak mau.

"Mana kata Lo kalau revisi sama dia bisa sampe sepuluh kali. Mati Gue Natt.. Matiii.."Ansella terus menyesali nasipnya.

"Aduhh Sell.. Gak usah ngomong mati-mati segala. Jalanin dulu aja Sell"ucap Renatta menenangkan tapi omongannya itu langsung membuat Ansella menoleh ke arahnya dengan sebal.

"Lu mah enak ngomong begitu karena dapet dosen yang baik hati berhati malaikat. Lah Gue? Malah kebalikannya! Ini sih udah berasa lagi uji nyali tau! Kenapa sihh Gue bisa jadi sesial ini.. akhhhh"

Renatta akhirnya memilih untuk menepuk-nepuk pelan bahu Ansella. Iyasih, dia mah ngomongnya gampang karena perempuan itu tidak di posisi Ansella sekarang. Coba kalau misalnya dia juga seperti Ansella, Renatta pasti juga tak kalah paniknya dengan Ansella. Meskipun apa yang di katakannya sebelumnya juga tak salah. Ansella jangan mudah menyerah dulu sebelum mencoba. Tapi masalahnya ini Ansella, perempuan itu tidak ingin mendengar apapun dan membiarkannya untuk meratapi nasip terlebih dahulu sambil mengeluh tentu saja.

"Keberuntungan Lo kayaknya udah kepake pas dapetin laki cakep+kaya raya deh Sell"celetuk Renatta.  Inginnya sih menghibur Ansella tapi sekali lagi ucapannya malah membuat perempuan itu semakin kesal saja.

"Lambemu! Jutru karena Gue dapetnya dia makanya sekarang jadi sial mulu. Aish.. Denger namanya aja malah makin tambah kesel jadinya"rutuk Ansella.

"Hadehh.. Serah Lu aja deh Sell"balas Renatta lelah. Ansella berdecak. Perempuan itu menarik rambutnya dan menatap kertas ditangannya sekali lagi. Ansella berharap ada keajaiban dan nama dikertas itu bisa berubah. Tapi tentu apa yang dia harapkan tidak akan kejadian. Dia tidak berada di dunia sihir seperti Harry Potter jadi hal-hal seperti itu tidak akan pernah terjadi. Nama dosen killer itu masih tertera dengan tulisan times New Romans yang di bold.

"Natt.. Apa Gue ganti judul aja kali ya?"tanyanya yang tiba-tiba langsung kepikiran ide untuk ganti judul.

"Yaelah Sell masa baru stor judul udah mau ganti sih. Coba aja dulu sekali bimbingan sama dia. Ntar kalau gimana-gimana baru deh Lu pikirin buat ganti judul"saran Renatta.

Karmasutra••Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang